BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Menurut
Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1) bahasa merupakan alat komunikasi antar
anggota masyarakat. Berupa simbol bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
Bahasa adalah sistem yang mempergunakan symbol-simbol vocal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer. Bahasa biasanya akan dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang
kemudian akan diperinci lagi menjadi 1 orang penutur dan yang lainnya sebagai
mitra tutur.
Sebagai
sebuah langue sebuah bahasa mempunyai
sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun,
karena penutur bahasa tersebut, meski berada pada tutur, tidak merupakan
kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam. Bahasa
itu menjadi beragam dan bervariasi.
Dalam
laporan ini saya mengambil judul “Bahasa Kedokteran dalam Tuturan Kelompok Tutorial” karena sebagai seorang
dokter, mereka pasti mengeluarkan bahasa medis yang mereka pelajari. Bahasa
medis itu juga termasuk kedalam varian bahasa atau variasi bahasa. Para
perawat, bidan, dokter, hingga ahli bedah anastesi pasti memiliki
bahasa-bahasanya tersendiri ini yang disebut dengan bahasa paramedik atau
bahasa kedokteran.
Bahasa
paramedis bukan semata-mata merujuk atau menunjuk pada obat saja. Ternyata
banyak bahasa sehari-hari kita yang memang dalam kedokteran tidak diucapkan
dengan ujaran normal. Mereka biasanya memakai kode-kode atau bahasa untuk
berinteraksi dengan sesame dokter ataupun dengan perawatnya. Ini semua tidak
dilakukan untuk trend atau ke up to date an bahasa. Namun mereka
sebagai seorang dokter harus menjaga kerahasiaan penyakit pasiennya dari orang
lain, sehingga mereka harus memakai kode-kode atau bahasa kedokteran untuk mengisyaratkan
gejala, penyakit, maupun diagnosis.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yangtelah disebutkan, maka permasalahan yang diangkat adalah
sebagai berikut :
1. Wujud
ragam bahasa apa saja yang terjadi pada tuturan kelompok tutorial mahasiswa
kedokteran ?
2. Bagaimana
penjelasan dari ragam bahasa kedokteran tersebut ?
1.3 TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan
wujud ragam bahasa saja yang terjadi dalam tuturan kelompok tutorial mahasiswa
kedokteran ?
2. Menjelaskan
ragam bahasa yang digunakan dengan bahasa yang jelas.
1.4 MANFAAT
PENELITIAN
Hasil penelitian
ini diharapkan member manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat
teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengkajian bidang sosiolinguistik
khususnya ragam dalam bahasa kedokteran. Selain itu penelitian ini juga
merupakan sebuah pengaplikasian dari teori-teori tentang variasi bahasa yang
sudah ada, terutama ragam bahasa kedokteran.
2. Manfaat
praktis
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang wujud bahasa pada tuturan
kelompok mahasiswa kedokteran, Kab.Sleman, Yogya. Penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai sumber referensi dalam penelitian lain yang berhubungan
dengan variasi bahasa khususnya keberagaman bahasa paramedis.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Dalam makalah ini, saya memutuskan untuk mengambil
register sebagai acuan saya dalam mengkaji laporan ini. Ragam bahasa merupakan
variasi bahasa menurut penutur atau pemakaian yang berbeda-beda berdasarkan
konteks antara lain topic pembicaraan, penutur, lawan tutur, orang yang
dibicarakan dan medium pembicaraan. Ragam bahasa dalam kamus Kridalaksana ini
juga disebut dengan register (Register
manner of discouse, key) Register menurut Haedar adalah ragam bahasa yang
dipergunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebaikan dari regional (yang
bervariasi karena penuturnya.). Register bisa dibatasi lebih sempit dengan
acuan pada pokok ujaran, pada media atau modus wacana. Menurut Halliday,
register merupakan konsep semantik, yang dapat didefinisikan sebagai suatu
susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu
dari medan, pelibat dan sarana. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat
social yang biasanyamelibatkan banyak orang. Dapat disimpulkan bahwa register
adalah ragam bahasa yang digunakan saat ini, tergantung pada apa yang sedang
dikerjakan dan sifat kegiatannya.
Dapat disimpulkan pula disini, bahwa bahasa
kedokteran menunjukan seorang dokter dengan status social dan profesinya
menggunakan register bahasa. Sesama dokter ada di dalam satu ruangan, pastilah
akan menggunakan bahasa kedokteran. Karena status social mereka berbeda dengan
orang umum, sehingga mereka akan menggunakan bahasa kedokteran atau bahasa
paramedis. Dalam hal ini bukan berarti dokter juga tidak bisa berkomunikasi
dengan baik dengan sesama atau orang lain, jika dokter tersebut bertemu dengan
orang lain dan orang tersebut bukanlah dokter, maka dokter akan menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti oleh orang tersebut. Tidak mungkin pula jika
dokter akan memberikan penjelasan kepada pasien menggunakan bahasa dokter.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Dalam penelitian “Bahasa Kedokteran dalam Kelompok
Tutorial” ini saya menggunakan objek kajian yang sudah pasti. Objek kajian yang
saya ambil ialah sekelompok mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran yang
tergabung dalam kelompok tutorial. Kelompok tutorial tersebut terdiri dari 10
orang yang didominasi oleh wanita dan laki-laki. Biasanya kelompok tutorial
tersebut tidak hanya akan tergabung menjadi kelompok dalam suatu mata kuliah
saja, namun dalam hal belajar bersama mereka juga biasanya diharuskan bersama
agar dapat membangun sebuah chemistry antar anggota kelompoknya.
Objek kajian saya yakni kelompok tutorial pad
mahasiswa kedokteran biasanya belajar bersama, presentasi, dan mengadakan
seminar akbar bersama dokter spesialis yang lebih ahli. Dalam seminar akbar
tersebut bahasa kedokteran terlihat sangat mendominasi, karena di depan dokter
spesialis yang lebih ahli, para mahasiswa tersebut tidak boleh mengucapkan
bahasa diluar bahasa kedokteran.
Kelompok tutorial saya temui di daerah Jalan
Kaliurang kilometer 6,5, DIY. Tempat diamana salah seorang mahasiswa yang tidak
lain ialah ketua kelompok dari kelompok tutorial tersebut tinggal. Di tempat
tersebut saya juga sudah melakukan penelitian mengenai komunikasinya dengan
teman sesama anggota tutorialnya. Selain di Jalan Kaliurang tersebut, tempat
lain yang saya datangi ialah Universitas Gadjah Madha Fakultas Kedokteran umum,
di tempat tersebut saya menyaksikan seminar dan diskusi akbar mengenai HIV AIDS
dan penyakit kardiovaskular yang dapat mematikan.
Ini sangat membantu sekali dalam penelitian saya
mengenai bahasa kedokteran, karena dokter spesialis dan senior dari kelompok
bedah tutorial tersebut, ternyata juga mempraktekan apa yang dia utarakan
dengan bahasa kedokteran. Sehingga saya sebagai orang awam paham benar bahasa
kedokteran dank ode etik yang dokter kkatakan sedikit banyak membantu saya
dalam penyusunan makalah ini.
3.2
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan saya ambil untuk meneliti
Bahasa Kedokteran dalam Tuturan Kelompok Tutorial ialah penelitian kualitatif.
Sudah jelas kenapa saya akan mengambil penelitian kualitatif untuk mengkaji
semua Bahasa Kedokteran sebagai objek kajian saya. Alasannya yakni bahasa
bukanlah bilangan atau satuan yang dpat dihitung, sehingga kualitatif merupakan
penelitian yang pas dengan bahasa yang akan dikeluarkan dalam tuturan kelompok
tutorial mahasiswa tersebut.
3.3 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian adalah (1) observasi,(2) pencatatan dan
(3) wawancara terbuka. Teknik observasi dipandang efektif untuk mencatat
fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Observasi dilakukan peneliti secara
bertahap. Tahap pertama peneliti mencari tempat dimana komunitas para dokter
berada. Peneliti juga mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan
istilah-istilah dalam kedokteran yang ada dalam tuturan tersebut. Wawancara
dilakukan secara terbuka antara peneliti dengan anggota para anggota tutorial.
Data-data yang telah terkumpul dari hasil pengamatan, pencatatan, dan wawancara
tersebut ditranskripsikan kedalam tulisan sekaligus mentabulasi sesuai dengan
kategori yang masuk dalam ragam bahasa sesuai kajian sosiolinguistik.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bahasa paramedis
yang biasa digunakan oleh seorang dokter kepada sesama profesinya yakni bahasa
yang mengandung kode etik baik dalam segi kerahasiaannya maupun dari segi
ketata bahasaannya. Contoh beberapa percakapan sesama dokter yang saya kaji ada
di bawah ini. Menggunakan pendekatan Register bahasa sebagai landasannya, saya
akan mengkaji bahasa yang di tuturkan oleh kelompok tutorial tersebut.
Saya memulai pertanyaan
Haiva : “Dok, saya pernah lihat film, dalam film tersebut, saya
sudah sedih karena sang tokoh utama sudah didiagnosa mengidap virus HIV, namun
dokter di dalam film tersebut masih mengutarakan kalo dia hanya di diagnosa
saja, berarti belum paten katanya. Itu gimana ya dok ?”
Dr.Fany : “Iya
benar sekali, karena diagnosa itu bukan paten dia berarti sudah mengidap HIV,
pasien harus melakukan Tes Serologi,
Westernblot, dan yang lainnya lagi va.”
Keterangan : Dijelaskan oleh Dr. Fanny kedua tes tersebut
ialah tes yang dilakukan oleh seorang yang sudah didiagnosa terjangkit virus
HIV karena penularan jarum suntik maupun seks bebas. Kedua tes tersebut,
merupakan penentuan sel dalam tubuh.
Dr.Fanny kembali
memberikan arahannya
Dr.Fany : “Dari kedua tes itu kan dapat disimpulkan sensitivitas
berapa (%) dia memberikan hasil positif dari hasil positif.”
Keterangan : Terdapat patokan hasil positif itu presentasi tertinggi
100%, dilihat seberapa sensitivitasnya yang diberikan oleh hasil tes nya, jika
50% dari 100% maka dapat disimpulkan pasien terjangkit HIV.
Dr.Abdi : “Ya
itu kan kalo pake test gold standart
bisa fan ?”
Dr.Fanny : “Ya
aku tau lah, pake gold standart juga
bisa sebenernya, tapi itu kan dipake sama RS Internasional ama RS pertamina
doing di.”
Dr.Abdi : “iya
juga sih, tapi kan kalo pake gold
standar ngga ribet fan, standartnya
ya positif standart kan ?”
Dr.Fanny : “Iya
di, paham.”
Dalam percakapan diatas yang dimaksud test gold
standart, ialah 1 kali test langsung yang tidak usah memakan waktu banyak dan
lama.Test gold standart sendiri sudah dijadikan patokan internasional untuk
mengukur seberapa positifnya penderita HIV AIDS tersebut. Namun test tersebut
seperti dikatakan oleh Dr.Fanny, ada hanya di RS Internasional atau yang setara
dengan itu. Maupun RS yayasan yang memiliki suntikan dana terkuat di Indonesia.
Dikatakan juga bahwa test gold standart merupakan uji diagnosis yang paling
tinggi. Sehingga tidak mungkin ada kemungkinan salah.
Dr.Mulia : “Penderita
HIV itu, sebenarnya bukanlah orang buruk, sekarang kecenderungannya malahan
lagi ke ibu-ibu ya ?”
Dr.Icha : “iya
sih, sekrang banyak bapak-bapak yang jajan sembarangan, istri sama anak jadi
ketularan aja.”
Dr.Fanny : “Bener
cha, kasian juga kalo diliat-liat. Fenomena akhir-akhir ini ya.”
Dr.Icha : “liat
aja men, dulu kan kita sempet digemparin sama penasun tuh, terus taun selanjutnya am PSK, sekarang yang lagi mewabah
malahan ibu hamil men. Ebushet dah.”
Dr.Bagas :
“Iya ibu hamil itu kan bisa di lihat juga sih cha, anaknya terjangkit HIV apa
ngga di umur 18 bulan. Pake test dari departemen Pediatri.”
Penasun ialah singkatan atau akronik dari pengguna
narkoba suntik.
Sedangkan PSK atau wanita tuna susila sekarang
sering disebut dengan wanita pramunikmat dalam bahasa halusnya.
Sedangkan
departemen Pediatri yang disebut oleh Dr.Bagas, ialah departemen dokter khusus
bedah anak.
Dr.Abu : “Ganti
topic lain kek, aku mah paling fobia denger kata itu, kasian kan ibu-ibunya
kalian omongin terus daritadi.”
Dr.Fanny :
“Coba deh liat, Pasien yang meninggal gara-gara Hepatitis lebih banyak lagi ya
ternyata.”
Dr.Abu : “Yaelah
fan, diliat dong tren virusnya kan A,
ya jelas dia meti lah.”
Dr.Firdha : “Bu
! kamu loh, pak dokter masa bilange gitu ?”
Berdasarkan percakpan diatas, Dr.Abu menggunakan
bahasa kedokteran lain yakni tren virus yang berarti jenis virus apa yang
diidap oleh penderita hepatitis tadi. Karena menurut penjelasan kelompok
tutorial ini ternyata terdapat 4 virus berbeda untuk sekali jangkitan penyakit
Hepatitis yakni A,B,C, dan F. Sedangkan virus yang paling mematikan ialah virus
A.
Haiva : “Yuk
ganti topic, dok gimana kalau penderita asma atau sesak napas ?”
Dr.Fanny : “Itu
masuknya pulmonology ya ngga ?”
Dr.Angga : “Yup
bener banget, asma itu biasanya di awali pake wheezing”
Dr.Tomi : “Itu
juga ada Long Acting Beta Agonisnya
tau, keluar mukusnya juga tuh.”
Dr.Amir : “
Orang asma itu punya 2 pengobatan, yang deliver
sama yang controller.”
Dr.Firdha : “Sebabnya
orang itu asma kan ya adanya inflamasi
yang reversible.”
Dr.Pandu : “Ini
gambarnya va”
Gambar penampang melintang bronchus yang ada
bagian-bagian kecil memicu asma ialah jika bagian tersebut terkena alergik dan
lain-lain yang akan menimbulkan penolakan pada tubuh
Dari Wheezing merupakan istilah ilmiah dari mengi
yang biasa orang jawa bilang.
Sedangkan Long Beta Agoningnya ialah tanda-tanda
jarak jauh seseorang dikatakan asma, jadi seseorang dikatakan terserang asma
karena sudah ada tanda-tanda dari lama atau yang biasa disebut dengan LABA
tersebut.
Di dalam pembicaraan tersebut juga terdapat kata
Mukus, yang berarti lender yang ada di tenggorokan. Itu termasuk salah satu
cirri-ciri asma juga.
Sedangkan untuk deliver ialah pengobatan dari jauh,
atau termasuk pengobatan berat karena penderita asma sudah termasuk akut.
Sedangakan
untuk controller itu berarti hanya sebagai pengontrol saja, dimana obat
tersebut tidak seberat untuk penderita asma akut.
Inflamasi ialah peradangan yang ditandai dengan 3
ciri yakni pembengkakan otot (Hipertrophy), poliferasi atau sel otot-otot makin
banyak, dan keluar mucus tadi. Ini merupakan 3 ciri dasar orang asma.
Dr.Budi : “itu
bisa diobati ko, sante, pake artiretrofiral.”
Dr.Sasha : “Internifon juga bisa.”
Dr.Mulia : “Kalau orang yang presisten
beda va.”
Dr.Ardian : “Sebenernya
asma kan ya bronkus yang hyper responsif
terhadap allergen, terus otot menebal, banyak sekrat, dan banyak mucus karena
inflamasi kronis.”
Yang dicetak tebal mulai dari artiretrofial ialah
antibiotic untuk sakit pernafasan seperti asma. Antibiotik tersebut dapat
dengan mudah ditemukan di apotek manapun namun tidak bisa di beli begitu saja
tanpa resep dokter yang benar. Karena antibiotic tersebut sudah dikunci dengan
kode etik kedokteran.
Kemudian Internifon ialah obat pereda yang bersifat
ringan. Dapat digunakan hanya oleh penderita asma ringan. Tidak akan cocok
dipakai oleh penderita asma akut, karena obat ini tidak memiliki dosis diaas
400 mg.
Yang dimaksud presisten ialah 2 kali seminggu
sebagai kontroler ialah asma ringan, ini termasuk tanda seberapa sering asma
itu kambuh oleh penderita, jika asma itu kambuh 2 kali dalam seminggu itu
termasuk asma berat, namun jika penderita tersebut dalam 1 minggu hanya 1 kali
kambuh maka itu masih termsuk kedalam asma ringan.
Hyper responsive ialah suatu penolakan dari badan
terutama otot yang sedang kejang karena penolakan dari badan terhadap alergi
dari berbagai kondisi. Misalnya debu, udara dingin, pikiran berat dan
lain-lain.
Haiva : “ Aku asma dan aku punya keluhan
dok, tanda-tanda amaku itu kurang dari 2 kali dalam 1 minggu, tapi kalu malam
pasti bangun dan batuk-batuk, dan kalau pagi selalu bersin-bersin terus sampai
jam 09.00 baru berhenti, masalah obat aku ngga pernah telat. Kalau tiduran juga
sebenernya kaya ada yang neken di dada itu gimana ya dok ? ayo sapa yang mau
jawab.”
Dr.Amir :
“Jawab fan, kan temen elu. Pake skala
tingkat aja. Biar dia paham.”
Dr.Fanny :
“Iya va, gini ada skala tingkat di kita dan menurut aku kamu masuk ke skala
tingkat menengah. Memang semua
inflasi di kamu tidak begitu terlihat tapi dilihat dari skala tingkat itu, kita
bisa simpulin kalo antibiotic yang harusnya di kasih ke kamu bukan anti biotik
biasa, ya itu da. Kamu lagi pegang apaan ?”
Dr.Firdha : “Apa
fan ? ini terkontrol fan.”
Skala tingkat ialah skala yang dipakai oleh beberapa
dokter untuk mendefinisikan ada pada tingkatan mana sebenarnya pasien itu
berada. Ini adalah skalanya atau klasifikasinya
Terkontrol ialah suatu factor pengobatan yang
dilakukan oleh pasien dengan asma ringan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sosiolinguistik sebagai kajian Sosiologi dan
linguistik yang membahas bahasa pada masyarakat bahasa tertentu menarik untuk
diteliti. Komunitas tutorial dalam mahasiswa kedokteran memiliki bahasa-bahasa
khusus yang dimengerti oleh mereka. Muncul istilah-istilah yang biasa digunakan
dalam berdiskusi mucus, penasun, wheezing, deliver, kontroler. Semua ujaran itu
mengandung maksud yang ternyata jika dijelaskan memiliki arti berlembar lembar
halaman.
Meneliti bahasa kedokteran ini, selain sulit
mencocokan waktu dengan jadwal para dokter diatas, sangatlah membantu saya
khususnya sebagai seorang penderita asma untuk menambah ilmu pengetahuan.
4.2 Saran
Sebagai orang awam, saya sangat
senang dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai dunia baru yakni dunia
kedokteran. Dunia yang dahulunya ingin saya masuki, namun karena suatu hal saya
tidak bisa memasukinya. Saya senang dapat disengkuyung bersama anggota
tutorial, mereka sangat ramah dan benar-benar tidak pelit untuk memberitahukan
kepada saya mengenai berbagai macam penyakit.
LAMPIRAN
Gambar 1. Mendeskripsikan
asma akut yang dijelaskan di atas
Gambar 2. Mendeskripsikan 3 faktor penyebab asma tadi.
Ini
merupakan bagan asma secara keseluruhan, penyebaran asma yang sudah dijelaskan
diatas dalam perbincangan bahawa asma memiliki 3 ciri khusus seperti yang sudah
disebutkan oleh para dokter di atas.
Ini cara memakai inhaler pagi pemula
yang megidap sakit asma
Cara menggunakan oxycan dengan benar
DAFTAR
PUSTAKA
A.Chaedar
Alwasilah. 1993. Pengantar Sosiologi
Bahasa. Angkasa:Bandung.
Dian
Wardani N. 2005. Skripsi : Bahasa Register
dalam Komunitas RemajaMasjid Nurulhaq Jember.
Harimurti
Kridalaksana. 1982. Kamus Linguistik.
PT.Gramedia: Jakarta.
M.A.K
Halliday and Ruqqaiyya Hasan. 1994. Bahasa
Konteks dan teks. Gadjah Mada University press : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar