Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Juli 2014

SOSIOLINGUISTIK “Bahasa Kedokteran dalam Tuturan Kelompok Tutorial mahasiswa kedokteran”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1) bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat. Berupa simbol bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa adalah sistem yang mempergunakan symbol-simbol vocal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Bahasa biasanya akan dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang kemudian akan diperinci lagi menjadi 1 orang penutur dan yang lainnya sebagai mitra tutur.
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut, meski berada pada tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi.
Dalam laporan ini saya mengambil judul “Bahasa Kedokteran dalam Tuturan  Kelompok Tutorial” karena sebagai seorang dokter, mereka pasti mengeluarkan bahasa medis yang mereka pelajari. Bahasa medis itu juga termasuk kedalam varian bahasa atau variasi bahasa. Para perawat, bidan, dokter, hingga ahli bedah anastesi pasti memiliki bahasa-bahasanya tersendiri ini yang disebut dengan bahasa paramedik atau bahasa kedokteran.
Bahasa paramedis bukan semata-mata merujuk atau menunjuk pada obat saja. Ternyata banyak bahasa sehari-hari kita yang memang dalam kedokteran tidak diucapkan dengan ujaran normal. Mereka biasanya memakai kode-kode atau bahasa untuk berinteraksi dengan sesame dokter ataupun dengan perawatnya. Ini semua tidak dilakukan untuk trend atau ke up to date an bahasa. Namun mereka sebagai seorang dokter harus menjaga kerahasiaan penyakit pasiennya dari orang lain, sehingga mereka harus memakai kode-kode atau bahasa kedokteran untuk mengisyaratkan gejala, penyakit, maupun diagnosis.



























1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yangtelah disebutkan, maka permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut :
1.   Wujud ragam bahasa apa saja yang terjadi pada tuturan kelompok tutorial mahasiswa kedokteran ?
2.   Bagaimana penjelasan dari ragam bahasa kedokteran tersebut ?

1.3  TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan wujud ragam bahasa saja yang terjadi dalam tuturan kelompok tutorial mahasiswa kedokteran ?
2.      Menjelaskan ragam bahasa yang digunakan dengan bahasa yang jelas.

1.4  MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan member manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1.      Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengkajian bidang sosiolinguistik khususnya ragam dalam bahasa kedokteran. Selain itu penelitian ini juga merupakan sebuah pengaplikasian dari teori-teori tentang variasi bahasa yang sudah ada, terutama ragam bahasa kedokteran.

2.      Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang wujud bahasa pada tuturan kelompok mahasiswa kedokteran, Kab.Sleman, Yogya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber referensi dalam penelitian lain yang berhubungan dengan variasi bahasa khususnya keberagaman bahasa paramedis.

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam makalah ini, saya memutuskan untuk mengambil register sebagai acuan saya dalam mengkaji laporan ini. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut penutur atau pemakaian yang berbeda-beda berdasarkan konteks antara lain topic pembicaraan, penutur, lawan tutur, orang yang dibicarakan dan medium pembicaraan. Ragam bahasa dalam kamus Kridalaksana ini juga disebut dengan register (Register manner of discouse, key) Register menurut Haedar adalah ragam bahasa yang dipergunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebaikan dari regional (yang bervariasi karena penuturnya.). Register bisa dibatasi lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran, pada media atau modus wacana. Menurut Halliday, register merupakan konsep semantik, yang dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu dari medan, pelibat dan sarana. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat social yang biasanyamelibatkan banyak orang. Dapat disimpulkan bahwa register adalah ragam bahasa yang digunakan saat ini, tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya.
Dapat disimpulkan pula disini, bahwa bahasa kedokteran menunjukan seorang dokter dengan status social dan profesinya menggunakan register bahasa. Sesama dokter ada di dalam satu ruangan, pastilah akan menggunakan bahasa kedokteran. Karena status social mereka berbeda dengan orang umum, sehingga mereka akan menggunakan bahasa kedokteran atau bahasa paramedis. Dalam hal ini bukan berarti dokter juga tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan sesama atau orang lain, jika dokter tersebut bertemu dengan orang lain dan orang tersebut bukanlah dokter, maka dokter akan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh orang tersebut. Tidak mungkin pula jika dokter akan memberikan penjelasan kepada pasien menggunakan bahasa dokter.
BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Sumber Data
Dalam penelitian “Bahasa Kedokteran dalam Kelompok Tutorial” ini saya menggunakan objek kajian yang sudah pasti. Objek kajian yang saya ambil ialah sekelompok mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran yang tergabung dalam kelompok tutorial. Kelompok tutorial tersebut terdiri dari 10 orang yang didominasi oleh wanita dan laki-laki. Biasanya kelompok tutorial tersebut tidak hanya akan tergabung menjadi kelompok dalam suatu mata kuliah saja, namun dalam hal belajar bersama mereka juga biasanya diharuskan bersama agar dapat membangun sebuah chemistry antar anggota kelompoknya.
Objek kajian saya yakni kelompok tutorial pad mahasiswa kedokteran biasanya belajar bersama, presentasi, dan mengadakan seminar akbar bersama dokter spesialis yang lebih ahli. Dalam seminar akbar tersebut bahasa kedokteran terlihat sangat mendominasi, karena di depan dokter spesialis yang lebih ahli, para mahasiswa tersebut tidak boleh mengucapkan bahasa diluar bahasa kedokteran.
Kelompok tutorial saya temui di daerah Jalan Kaliurang kilometer 6,5, DIY. Tempat diamana salah seorang mahasiswa yang tidak lain ialah ketua kelompok dari kelompok tutorial tersebut tinggal. Di tempat tersebut saya juga sudah melakukan penelitian mengenai komunikasinya dengan teman sesama anggota tutorialnya. Selain di Jalan Kaliurang tersebut, tempat lain yang saya datangi ialah Universitas Gadjah Madha Fakultas Kedokteran umum, di tempat tersebut saya menyaksikan seminar dan diskusi akbar mengenai HIV AIDS dan penyakit kardiovaskular yang dapat mematikan.
Ini sangat membantu sekali dalam penelitian saya mengenai bahasa kedokteran, karena dokter spesialis dan senior dari kelompok bedah tutorial tersebut, ternyata juga mempraktekan apa yang dia utarakan dengan bahasa kedokteran. Sehingga saya sebagai orang awam paham benar bahasa kedokteran dank ode etik yang dokter kkatakan sedikit banyak membantu saya dalam penyusunan makalah ini.

3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan saya ambil untuk meneliti Bahasa Kedokteran dalam Tuturan Kelompok Tutorial ialah penelitian kualitatif. Sudah jelas kenapa saya akan mengambil penelitian kualitatif untuk mengkaji semua Bahasa Kedokteran sebagai objek kajian saya. Alasannya yakni bahasa bukanlah bilangan atau satuan yang dpat dihitung, sehingga kualitatif merupakan penelitian yang pas dengan bahasa yang akan dikeluarkan dalam tuturan kelompok tutorial mahasiswa tersebut.
3.3 Teknik Pengumpulan data
            Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah (1) observasi,(2) pencatatan dan (3) wawancara terbuka. Teknik observasi dipandang efektif untuk mencatat fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Observasi dilakukan peneliti secara bertahap. Tahap pertama peneliti mencari tempat dimana komunitas para dokter berada. Peneliti juga mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan istilah-istilah dalam kedokteran yang ada dalam tuturan tersebut. Wawancara dilakukan secara terbuka antara peneliti dengan anggota para anggota tutorial. Data-data yang telah terkumpul dari hasil pengamatan, pencatatan, dan wawancara tersebut ditranskripsikan kedalam tulisan sekaligus mentabulasi sesuai dengan kategori yang masuk dalam ragam bahasa sesuai kajian sosiolinguistik.
BAB IV
PEMBAHASAN

Bahasa paramedis yang biasa digunakan oleh seorang dokter kepada sesama profesinya yakni bahasa yang mengandung kode etik baik dalam segi kerahasiaannya maupun dari segi ketata bahasaannya. Contoh beberapa percakapan sesama dokter yang saya kaji ada di bawah ini. Menggunakan pendekatan Register bahasa sebagai landasannya, saya akan mengkaji bahasa yang di tuturkan oleh kelompok tutorial tersebut.
Saya memulai pertanyaan
Haiva       : “Dok, saya pernah lihat film, dalam film tersebut, saya sudah sedih karena sang tokoh utama sudah didiagnosa mengidap virus HIV, namun dokter di dalam film tersebut masih mengutarakan kalo dia hanya di diagnosa saja, berarti belum paten katanya. Itu gimana ya dok ?”
Dr.Fany : “Iya benar sekali, karena diagnosa itu bukan paten dia berarti sudah mengidap HIV, pasien harus melakukan Tes Serologi, Westernblot, dan yang lainnya lagi va.”
Keterangan :  Dijelaskan oleh Dr. Fanny kedua tes tersebut ialah tes yang dilakukan oleh seorang yang sudah didiagnosa terjangkit virus HIV karena penularan jarum suntik maupun seks bebas. Kedua tes tersebut, merupakan penentuan sel dalam tubuh.
Dr.Fanny kembali memberikan arahannya
Dr.Fany  : “Dari kedua tes itu kan dapat disimpulkan sensitivitas berapa (%) dia memberikan hasil positif dari hasil positif.”
Keterangan   : Terdapat patokan hasil positif itu presentasi tertinggi 100%, dilihat seberapa sensitivitasnya yang diberikan oleh hasil tes nya, jika 50% dari 100% maka dapat disimpulkan pasien terjangkit HIV.
Dr.Abdi        : “Ya itu kan kalo pake test gold standart bisa fan ?”
Dr.Fanny      : “Ya aku tau lah, pake gold standart juga bisa sebenernya, tapi itu kan dipake sama RS Internasional ama RS pertamina doing di.”
Dr.Abdi        : “iya juga sih, tapi kan kalo pake gold standar ngga ribet fan, standartnya ya positif standart kan ?”
Dr.Fanny      : “Iya di, paham.”

Dalam percakapan diatas yang dimaksud test gold standart, ialah 1 kali test langsung yang tidak usah memakan waktu banyak dan lama.Test gold standart sendiri sudah dijadikan patokan internasional untuk mengukur seberapa positifnya penderita HIV AIDS tersebut. Namun test tersebut seperti dikatakan oleh Dr.Fanny, ada hanya di RS Internasional atau yang setara dengan itu. Maupun RS yayasan yang memiliki suntikan dana terkuat di Indonesia. Dikatakan juga bahwa test gold standart merupakan uji diagnosis yang paling tinggi. Sehingga tidak mungkin ada kemungkinan salah.

Dr.Mulia     : “Penderita HIV itu, sebenarnya bukanlah orang buruk, sekarang kecenderungannya malahan lagi ke ibu-ibu ya ?”
Dr.Icha        : “iya sih, sekrang banyak bapak-bapak yang jajan sembarangan, istri sama anak jadi ketularan aja.”
Dr.Fanny    : “Bener cha, kasian juga kalo diliat-liat. Fenomena akhir-akhir ini ya.”
Dr.Icha        : “liat aja men, dulu kan kita sempet digemparin sama penasun tuh, terus taun selanjutnya am PSK, sekarang yang lagi mewabah malahan ibu hamil men. Ebushet dah.”
Dr.Bagas     : “Iya ibu hamil itu kan bisa di lihat juga sih cha, anaknya terjangkit HIV apa ngga di umur 18 bulan. Pake test dari departemen Pediatri.”

Penasun ialah singkatan atau akronik dari pengguna narkoba suntik.
Sedangkan PSK atau wanita tuna susila sekarang sering disebut dengan wanita pramunikmat dalam bahasa halusnya.
 Sedangkan departemen Pediatri yang disebut oleh Dr.Bagas, ialah departemen dokter khusus bedah anak.

Dr.Abu        : “Ganti topic lain kek, aku mah paling fobia denger kata itu, kasian kan ibu-ibunya kalian omongin terus daritadi.”
Dr.Fanny    : “Coba deh liat, Pasien yang meninggal gara-gara Hepatitis lebih banyak lagi ya ternyata.”
Dr.Abu        : “Yaelah fan, diliat dong tren virusnya kan A, ya jelas dia meti lah.”
Dr.Firdha    : “Bu ! kamu loh, pak dokter masa bilange gitu ?”

Berdasarkan percakpan diatas, Dr.Abu menggunakan bahasa kedokteran lain yakni tren virus yang berarti jenis virus apa yang diidap oleh penderita hepatitis tadi. Karena menurut penjelasan kelompok tutorial ini ternyata terdapat 4 virus berbeda untuk sekali jangkitan penyakit Hepatitis yakni A,B,C, dan F. Sedangkan virus yang paling mematikan ialah virus A.
Haiva           : “Yuk ganti topic, dok gimana kalau penderita asma atau sesak napas ?”
Dr.Fanny    : “Itu masuknya pulmonology ya ngga ?”
Dr.Angga    : “Yup bener banget, asma itu biasanya di awali pake wheezing
Dr.Tomi      : “Itu juga ada Long Acting Beta Agonisnya tau, keluar mukusnya juga tuh.”
Dr.Amir      : “ Orang asma itu punya 2 pengobatan, yang deliver sama yang controller.”
Dr.Firdha    : “Sebabnya orang itu asma kan ya adanya inflamasi yang reversible.”
Dr.Pandu    : “Ini gambarnya va”

Gambar penampang melintang bronchus yang ada bagian-bagian kecil memicu asma ialah jika bagian tersebut terkena alergik dan lain-lain yang akan menimbulkan penolakan pada tubuh
Dari Wheezing merupakan istilah ilmiah dari mengi yang biasa orang jawa bilang.
Sedangkan Long Beta Agoningnya ialah tanda-tanda jarak jauh seseorang dikatakan asma, jadi seseorang dikatakan terserang asma karena sudah ada tanda-tanda dari lama atau yang biasa disebut dengan LABA tersebut.
Di dalam pembicaraan tersebut juga terdapat kata Mukus, yang berarti lender yang ada di tenggorokan. Itu termasuk salah satu cirri-ciri asma juga.
Sedangkan untuk deliver ialah pengobatan dari jauh, atau termasuk pengobatan berat karena penderita asma sudah termasuk akut.
 Sedangakan untuk controller itu berarti hanya sebagai pengontrol saja, dimana obat tersebut tidak seberat untuk penderita asma akut.
Inflamasi ialah peradangan yang ditandai dengan 3 ciri yakni pembengkakan otot (Hipertrophy), poliferasi atau sel otot-otot makin banyak, dan keluar mucus tadi. Ini merupakan 3 ciri dasar orang asma.
Dr.Budi    : “itu bisa diobati ko, sante, pake artiretrofiral.”
Dr.Sasha  : Internifon juga bisa.”
Dr.Mulia  :  “Kalau orang yang  presisten beda va.”
Dr.Ardian   : “Sebenernya asma kan ya bronkus yang hyper responsif terhadap allergen, terus otot menebal, banyak sekrat, dan banyak mucus karena inflamasi kronis.”

Yang dicetak tebal mulai dari artiretrofial ialah antibiotic untuk sakit pernafasan seperti asma. Antibiotik tersebut dapat dengan mudah ditemukan di apotek manapun namun tidak bisa di beli begitu saja tanpa resep dokter yang benar. Karena antibiotic tersebut sudah dikunci dengan kode etik kedokteran.
Kemudian Internifon ialah obat pereda yang bersifat ringan. Dapat digunakan hanya oleh penderita asma ringan. Tidak akan cocok dipakai oleh penderita asma akut, karena obat ini tidak memiliki dosis diaas 400 mg.
Yang dimaksud presisten ialah 2 kali seminggu sebagai kontroler ialah asma ringan, ini termasuk tanda seberapa sering asma itu kambuh oleh penderita, jika asma itu kambuh 2 kali dalam seminggu itu termasuk asma berat, namun jika penderita tersebut dalam 1 minggu hanya 1 kali kambuh maka itu masih termsuk kedalam asma ringan.
Hyper responsive ialah suatu penolakan dari badan terutama otot yang sedang kejang karena penolakan dari badan terhadap alergi dari berbagai kondisi. Misalnya debu, udara dingin, pikiran berat dan lain-lain.
Haiva           : “ Aku asma dan aku punya keluhan dok, tanda-tanda amaku itu kurang dari 2 kali dalam 1 minggu, tapi kalu malam pasti bangun dan batuk-batuk, dan kalau pagi selalu bersin-bersin terus sampai jam 09.00 baru berhenti, masalah obat aku ngga pernah telat. Kalau tiduran juga sebenernya kaya ada yang neken di dada itu gimana ya dok ? ayo sapa yang mau jawab.”
Dr.Amir      : “Jawab fan, kan temen elu. Pake skala tingkat aja. Biar dia paham.”
Dr.Fanny    : “Iya va, gini ada skala tingkat di kita dan menurut aku kamu masuk ke skala tingkat menengah. Memang semua inflasi di kamu tidak begitu terlihat tapi dilihat dari skala tingkat itu, kita bisa simpulin kalo antibiotic yang harusnya di kasih ke kamu bukan anti biotik biasa, ya itu da. Kamu lagi pegang apaan ?”
Dr.Firdha    : “Apa fan ? ini terkontrol fan.”

Skala tingkat ialah skala yang dipakai oleh beberapa dokter untuk mendefinisikan ada pada tingkatan mana sebenarnya pasien itu berada. Ini adalah skalanya atau klasifikasinya



Terkontrol ialah suatu factor pengobatan yang dilakukan oleh pasien dengan asma ringan.







BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sosiolinguistik sebagai kajian Sosiologi dan linguistik yang membahas bahasa pada masyarakat bahasa tertentu menarik untuk diteliti. Komunitas tutorial dalam mahasiswa kedokteran memiliki bahasa-bahasa khusus yang dimengerti oleh mereka. Muncul istilah-istilah yang biasa digunakan dalam berdiskusi mucus, penasun, wheezing, deliver, kontroler. Semua ujaran itu mengandung maksud yang ternyata jika dijelaskan memiliki arti berlembar lembar halaman.
Meneliti bahasa kedokteran ini, selain sulit mencocokan waktu dengan jadwal para dokter diatas, sangatlah membantu saya khususnya sebagai seorang penderita asma untuk menambah ilmu pengetahuan.

4.2 Saran
Sebagai orang awam, saya sangat senang dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai dunia baru yakni dunia kedokteran. Dunia yang dahulunya ingin saya masuki, namun karena suatu hal saya tidak bisa memasukinya. Saya senang dapat disengkuyung bersama anggota tutorial, mereka sangat ramah dan benar-benar tidak pelit untuk memberitahukan kepada saya mengenai berbagai macam penyakit.





LAMPIRAN

                     Gambar 1. Mendeskripsikan asma akut yang dijelaskan di atas

                               Gambar 2.  Mendeskripsikan 3 faktor penyebab asma tadi.
            Ini merupakan bagan asma secara keseluruhan, penyebaran asma yang sudah dijelaskan diatas dalam perbincangan bahawa asma memiliki 3 ciri khusus seperti yang sudah disebutkan oleh para dokter di atas.









Ini cara memakai inhaler pagi pemula yang megidap sakit asma


Cara menggunakan oxycan dengan benar











DAFTAR PUSTAKA

A.Chaedar Alwasilah. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Angkasa:Bandung.
Dian Wardani N. 2005. Skripsi : Bahasa Register dalam Komunitas RemajaMasjid Nurulhaq Jember.
Harimurti Kridalaksana. 1982. Kamus Linguistik. PT.Gramedia: Jakarta.

M.A.K Halliday and Ruqqaiyya Hasan. 1994. Bahasa Konteks dan teks. Gadjah Mada University press : Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar