BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut
keputusan gubernur jawa tengah nomor 423.5/5/2010 dalam standar isi dan standar
kompetensi muatan lokal (bahasa jawa), berbicara merupakan salah satu standar
kompetensi bagi siswa smp kelas VII semester pertama. Dalam stadar kompetensi
berbicara terdapat kompetensi dasar berdialog, kompetensi tersebut menuntut
agar seluruh siswa dapat berdialog dengan menggunakan ragam bahasa Jawa sesuai
dengan unggah-ungguh yang benar. Berbicara merupakan salah satu standar
kompetensi dari 3 standar kompetensi lainnya yang harus diajarkan dengan cara
pemodelan atau pendemonstrasian dari guru kepada siswa. Pemodelan yang biasa
digunakan oleh guru biasanya berupa audio yang akan diputarkan dan kemudian
diperdengarkan kepada siswa.
Media
audio yang digunakan sebagai pemodelan kepada siswa sudah merupakan usaha nyata
dari guru sebagai seorang pengajar agar siswa tidak bosan dalam pembelajaran
berdialog ini. Media audio juga membantu memperjelas penyampaian dialog dalam
pemodelan, namun media audio dewasa ini sudah terhitung media konvensional.
Media audio ini terhitung konvensional karena hanya dengan mendengar saja,
siswa kemungkinan besar tidak akan terlalu tertarik dengan pemodelan yang akan
disuguhkan oleh guru. Siswa akan cenderung mendengarkan awalan dan akhiran
dalam contoh dialog tersebut saja. Bosan akan menjadi alasan utama siswa jika
pemodelan disuguhkan dengan media audio saja tanpa dibarengi dengan media lain
yang lebih interaktif dan menarik.
Kerucut
pengalaman Dale menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan audio visual jelas
akan lebih menarik minat siswa dalam belajar. Perkembangan media elektronik
yang kian canggih masa kini, akan mempermudah dalam pencarian media yang pas
untuk pemodelan kompetensi berdialog ini. Salah satu media yang dapat
diaplikasikan untuk pendemonstrasian pembelajaran dialog ialah macromedia flash player professional 8.
Aplikasi tersebut dapat dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk
siap jadi yang portable dan mudah diaplikasikan. Cara kerja aplikasi tersebut
yang tidak hanya dapat memutar suara melaikan juga dapat menyertakan gambar,
gambar bergerak, animasi, dll.
Media
audio yang digunakan untuk pemodelan dalam kompetensi berbicara ini
menginspirasi pemodelan menggunakan macromedia
flash 8 professional ini. Media yang dikembangkan dengan nama kotak dialog
ini merupakan salah satu produk baru dalam pembelajaran berbicara. Media ini
akan membuat siswa lebih tertarik lagi, karena dalam kotak dialog tersebut akan
ada sedikitnya gambar wayang yang menjadi background. Gambar tersebut memang
tidaklah bergerak dan bukan merupakan animasi, tapi gambar tersebut dapat
mengurangi kebosanan siswa daripada hanya mendengarkan audio.
Macromedia flash 8
professional merupakan aplikasi yang akan digunakan
dalam pemodelan untuk membantu kompetensi berbicara. Dialog yang akan
disertakan dalam macromedia flash 8
professional merupakan dialog yang akan diperagakan oleh 2 orang yang
menggunakan dialek banyumas. Dialek ngapak khas Banyumas akan diputarkan dalam
pemodelan ini. Dialek ngapak ini juga menggunakan unggah-ungguh yang ada dalam
bahasa Jawa sehingga pantas untuk membantu dalam pemodelan kompetensi dasar
berbicara.
Mempresentasikan
dialog tersebut menggunakan kotak dialog menggunakan media ini, akan membuat
siswa tertarik dan tidak mudah bosan untuk mendengarkan dialog dalam pemodelan
tersebut. Pemodelan tersebut tidak akan membosankan karena pemodelan tersebut
akan memperdengarkan dialog ngapak yang sesuai dengan lingkungan yakni daerah
ngapak.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari permasalahan diatas maka
peneliti dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul adalah
sebagai berikut :
1.
Materi berdialog memiliki tingkat kebosanan tinggi
2.
Masih menggunakan metode audio
3.
Perlu pengembangan media selain media audio
4.
Pembelajaran harus lebih menarik lagi menggunakan media audio visual
5.
Masih sedikit pembelajaran berdialog menggunakan aplikasi macromedia flasfh 8 professional
1.3
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di
atas penulis membatasi masalah yang berkaitan dengan pembelajaran berbicara
menggunakan macromedia flash 8
professional. Pembelajaran berbicara menggunakan media flash ini akan
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dipindah dan diaplikasikan.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang,
identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan maslah yang
dapat diambil adalah bagaimanakah prototipe pengembangan media pembelajaran
dengan pemanfaatan macromedia flash 8 professional
sebagai media pembelajaran untuk kompetensi dasar berbicara.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan diperoleh ialah
menghasilan protitipe berupa media interaktif menggunakan aplikasi macromedia flash 8 professional sebagai
media pembelajaran untuk kompetensi dasar berbicara.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1
Kajian Pustaka
Ada
beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti tentang pembelajaran kompetensi berbicara. Penelitian
sebelumnya yang relevan dengan penelitian saya tersebut antara lain.
Ismanto (2012) dalam skripsinya yang berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Tembang Macapat Mijil Menggunakan Aplikasi
Macromedia Flash Professional 8 untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan model
prosedural. Langkah-langkah dalam pengembangan media pembelajaran ini dilakukan
melalui lima tahapan, yaitu: (1) tahap analisis; (2) tahap perancangan; (3)
tahap pengembangan; (4) tahap validasi dan ujicoba; (5) tahap akhir produk
media pembelajaran. Setelah menghasilkan produk berupa media pembelajaran dalam
bentuk CD (Compact Disc) menggunakan aplikasi Macromedia
FlashProfessional 8, kemudian diuji kelayakannya dengan melakukan validasi
oleh dosen ahli materi, dan dosen ahli media. Saran dari hasil validasi
digunakan untuk merevisi produk
Perbedaan
dari penelitian Ismanto dengan penelitian ini terletak pada objek kajiannya.
Penelitian Ismanto tersebut, menggunakan onjek kajian tembang macapat sebagai
objek kajiannya sedangkan dalam penelitian ini memiliki objek kajian dialog
dalam kompetensi berbicara.
Nastiti
(2013) dalam skripsinya yakni “Pengembangan Video Pemodelan Berdialek Kudus
Sesuai Unggah-Ungguh Sebagai Media Pembelajaran Berbicara Kelas VII Semester
I.”
Penelitian
tersebut membahas 3 hal yaitu
1.) Deskripsi
kebutuhan guru dan siswa terhadap video pemodelan berdialek kudus
2.) Deskripsi
prototipe pengembangan video pemodelan berdialek kudus
3.) Deskripsi
penilaian dari tim ahli dan guru (pengguna) terhadap prototipe video pemodelan
berdialek kudus.
Menggunakan
pendekatan Research and Development
(R n D), yaitu mengembangkan produk harga video untuk siswa SMP kelas VII
semester I. Penelitian tersebut menggunakan 5 langkah penelitian. Untuk teknik
analisis data dalam penelitian tersebut menggunakan deskriptif kualittif, yaitu
memaparkan data dan menyimpulkan data. Teknik ini berfungsi untuk
mendeskripsikan kebutuhan media video dan penilaian terhadap prototipe media
yang dihasilkan.
Perbedaan
penelitian diatas dengan penelitian ini ialah aplikasi yang digunakan dalam
penghasilan pemodelan yang akan diproduksi. Penelitian Nastiti tersebut
menggunakan media video untuk dijadikan pemodelan sedangkan dalam penelitian
ini akan digunakan media macromedia flash 8 professional. Sedangkan persamaan
dengan penelitian ini ialah penelitian tersebut sama-sama akan menggunakan
kelas VII sebagai objek kajiannya.
2.2
Kerangka Teori
2.2.1
Media Pembelajaran
Kata
media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Secara
implisit mengatakan bahwa media pembelajran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain
buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, fil, slide, foto,
gambar, grafik, televisi, dan komputer. Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad
(2011:4). Bahasa singkat dari media pembelajaran dapat disimpulkan ialah alat
yang dapat menyampaikan isi materi.
Diperkirakan
bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui
indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%. Dale (1969)
dalam Arsyad (2011:10). Menurut Dale dengan menggunakan teorinya yakni teori
kerucut Dale, dia mengemukakan bahwa pembelajaran yang akan memperoleh hasil
belajar baik ialah pendekatan yang melibatkan indera dan lebih dikenal lagi
dengan istilah learning by doing.
Media
yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah media yang akan membuat siswa
melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan. Menurut teori kerucut dale,
media tersebut akan memperoleh hasil belajar yang baik karena semakin banyak
melibatkan indera, akan semakin baik hasil belajarnya.
2.2.2
Macromedia Flash 8 Professional
Macromedia flash professional 8
merupakan sebuah software yang dapat kita gunakan untuk membuat suatu project
flash, bisa berupa tulisan, animasi gambar, atau pun untuk membuat sebuah web
dengan flash. Selain itu mungkin yang sudah mahir menggunakan macromedia flash
8 professional ini juga bisa membuat sebuah game
berbasis flash dengan source code yang tidak mudah.
Software
tersebut merupakan software yang mudah untuk diaplikasikan karena software
tersebut merupakan software yang portable. Macromedia
flash 8 professional merupakan aplikasi yang mudah untuk dipindah ataupun
diperbanyak. Kelemahan dari software
tersebut ialah kerumitan untuk membuat gambar bergerak dan animasi karena
terdapat script yang berbeda-beda untuk 1 perintah. Untuk semua perintah yang
ada dalam aplikasi tersebut, dapat dijalankan dengan script yang ada pada kotak action dalam aplikasi tersebut. Satu
perintah dalam kotak action di
aplikasi macromedia flash 8 professional
mewakili satu tindakan berbeda dalam layar macromedia
flash tersebut. Ini yang membuat macromedia
terkesan sulit, karena tentunya dalam 1 layar akan menggunakan banyak sekali
script untuk setiap tindakan pada layar.
2.2.3
Berdialog
Dialog
ialah proses komunikasi antara 2 atau lebih agen, dalam dialog makna harus
dipertimbangkan agar memenuhi kaidah semantis dan pragmatis. Dialog dilakukan
oleh 2 orang atau lebih untuk menyampaikan informasi dari penutur kepada mitra
tutur. Berdialog dalam bahasa Jawa dalam pemodelan untuk kompetensi berbicara
ini harus memenuhi uggah-ungguh berbahasa Jawa. Dialog yang akan diaplikasikan
dalam kotak dialog dialek Banyumas ini ialah dialog ngapak khas Banyumas.
Meskipun dialog yang diaplikasikan ialah dialok ngapak khas Banyumas, namun
dalam dialog tersebut tidak akan meninggalkan unggah-ungguh bahasa. Dialog
dalam aplikasi tersebut akan mengedepankan unggah-ungguh bahasa dalam dialog
ngapak khas Banyumas sehingga akan sangat pas untuk pemodelan pembelajaran
kompetensi berbicara.
2.2.4
Dialek
Dialek
berasal dari bahasa Yunani “dialektos” yang berarti varian dari sebuah bahasa
menurut pemakai. Sebuah dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa,
dan pengucapan. Menurut kamus besar bahasa indonesia, dialek diartikan variasi
bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai. Penelitian ini akan menggunakan
dialek ngapak atau sering disebut dengan dialek Banyumas. Menurut jenisnya
terdapat beberapa dialek sesuai dengan regional, dialek sosial, dialek
temporal, dan dialek tinggi.
Penelitian ini menggunakan jenis
dialek regional yakni dialek yang cirinya dibatasi oleh tempat atau dengan kata
lain dialek regional ini ialah dialek yang berkembang dalam siuatu tempat
wilayah atau daerah tertentu saja. Dialek tersebut dapat dijadikan ciri khusus
suatu tempat, daerah, atau wilayah tertentu. Penelitian ini menggunakan dialek
ngapak khas Banyumas yang menjadi ciri khusus kabupatan Banyumas. Dialek ngapak
ini sangat terkenal dan dialek ini dijadikan pembeda atau ciri khas untuk
orang-orang Banyumas.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Research
and Development (R and D) ialah pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini akan menghasilkan produk dengan
desain produk baru untuk pemelajaran berbicara.
Tujuan
penelitian ini ialah untuk mengembangkan produk baru yang lebih efektif, efisien,
dan tidak membosankan untuk para siswa dalam proses pembelajaran. Desain produk
yang akan dihasilkan ialah kotak dialog dialek Banyumasan yang akan
diaplikasikan dalam media flash 8
professional. Produk baru yang akan dihasilkan ialah pemodelan untuk
kompetensi berbicara dengan kotak dialog dialek Banyumas yang portable dan
mudah untuk digandakan.
3.1.1
Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan
Metode
Research and Development ialah metode yang digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini juga disesuaikan
dengan metode yang digunakan.
Langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut ialah Pengumpulan data, Membuat
desain produk, Validasi desain serta revisi desain, Uji coba produk, Revisi
produk, Uji coba pemakaian. Jika langkah tersebut masih menemui kendala, maka
langkah selanjutnya yang harus ditempuh ialah revisi produk kembali. Setelah
dirasa cukup dan produk dirasa sudah mendekati kata sempurna, maka barulah
langkah terakhir dilakukan yakni produksi masal secara luas.
Di
bawah ini alur metode penelitian Research and Development :
1. Potensi
dan masalah
2. Mengumpulkan
informasi
3. Desain
produk
4. Validasi
desain
5. Uji
coba pemakaian
6. Revisi
produk
7. Uji
coba produk
8. Revisi
desain
9. Revisi
produk
10. Produksi
massal
Dikarenakan
keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya akan dilakukan dalam beberapa
tahapan saja, yakni :
1. Tahap
analisis potensi masalah
2. Tahap
pengumpulan data
3. Tahap
desain produk
4. Tahap
validasi
5. Tahap
revisi produk
Tahap
peneitian yang akan dilaksanakan ialah :
1. Potensi
Masalah
Dibutuhkan media pembelajaran yang baru
untuk pemodelan kompetensi berbicara
2. Pengumpulan
Data
Pembuatan dialog berbahasa dialek
Banyumas dengan unggah-ungguh bahasa Jawa yang baik dan benar untuk pemodelan
dalam desain aplikasi produk baru yang akan dihasilkan dalam penelitian ini.
3. Validasi
Penilaian oleh ahli atau pakar yang
sudah berpengalaman untuk menilai kelayakan media tersebut.
4. Desain
Produk
Menyusun data dan kemudian dijadikan
pembelajaran yang interaktif dan tidak membosankan untuk para siswa dan siswi.
5. Revisi
Melakukan revisi guna memperbaiki
produk.
Tahap pertama ialah
analisis potensi masalah yang dilakukan oleh peniliti dengan tujuan untuk
memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan dalam
pembelajaran kompetensi berbicara ini. Studi pustaka ialah salah satu cara
untuk menganalisis potensi masalah yang dilakukan dalam peneitian ini, yakni
dengan mencari literatur baik berupa buku sumber, jurnal ilmiah ataupun hasil
penelitian yang saling berkesinambungan dengan penelitian tentang kotak ialog
dialek Banyumas ini.
Setelah potensi masalah sudah ditemukan, tahap
selanjutnya ialah pengembangan materi, tahap tersebut meliputi :
1.) Menentukan
standar kompeteni dan kompetensi dasar
2.) Mendesain
materi
3.) Membuat
story board
4.) Menyusun
dan memproduksi materi
Setelah
selesai semuanya, dilanjutkan dengan tahap validasi oleh ahli media dan materi
yang akan dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidang media khusunya macromedia
flash 8 professional dan dosen. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
pantas atau seberapa layak media tersebut kembangkan. Setelah semua tahapan
selesai, lalu tahap terakhir ialah tahap revisi
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar.2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Ismanto,
Kukuh Dwi. 2012. Pembengembangan Media Pembelajaran Tembang Macapat Mijil
Menggunakan Aplikasi Macromedia Flash Professional 8. Skripsi : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Nastiti.
2013. Pengembangan Video Pemodelan Berdialek Kudus Sesuai Unggah-Ungguh
Pembelajaran Berbicara Kelas VII Semester I. Skripsi : Universitas Negeri
Semarang.
LEMBAR
PENILAIAN SEMINAR
PEMBAHAS
UTAMA
NamaPenyaji : Haiva Kentiningrum Rombel : 3
Judul Makalah : Pengembangan Media Kotak Dialog Dialek
Banyumas Sebagai Bahan Ajar Kompetensi Berbicara
Hari, Tanggal :
Kamis, 5 Juni 2014
Nama Pembahas :Puji Purwanto
NO
|
PERTANYAAN
|
PUAS
|
KURANG PUAS
|
Semarang, 5 Juni 2014
Pembahas
Puji Purwanto
NIM.
LEMBAR
PENILAIAN SEMINAR
PEMBAHAS
UTAMA
NamaPenyaji : Haiva Kentiningrum Rombel
: 3
Judul Makalah : Pengembangan Media Kotak Dialog Dialek
Banyumas Sebagai Bahan Ajar Kompetensi Berbicara
Hari, Tanggal :
Kamis, 5 Juni 2014
Nama Pembahas :Unun Setiyawati
NO
|
PERTANYAAN
|
PUAS
|
KURANG PUAS
|
Semarang, 5 Juni 2014
Pembahas
Unun Setiyawati
NIM.
LEMBAR
PENILAIAN SEMINAR
NOTULIS
NamaPenyaji :Haiva Kentiningrum Rombel
: 3
Judul Makalah : Pengembangan Media Kotak Dialog Dialek
Banyumas Sebagai Bahan Ajar Kompetensi Berbicara
Hari, Tanggal :
Kamis, 5 Juni 2014
Nama Pembahas :1.
2.
3.
NO
|
NAMA PENYARAN
|
ISI SARAN
|
Semarang, 5 Juni 2014
Notulis
LEMBAR
PENILAIAN SEMINAR
MODERATOR
NamaPenyaji :Haiva Kentinngrum Rombel
: 3
Judul Makalah : Pengembangan Media Kotak Dialog Dialek
Banyumas Sebagai Bahan Ajar Kompetensi Berbicara
Hari, Tanggal :
Kamis, 5 Juni 2014
Nama Pembahas :1.
2.
3.
NO
|
NAMA PENYARAN
|
ISI SARAN
|
Semarang, 5 Juni 2014
Moderator
NIM.
LEMBAR
OBSERVASI SEMINAR
PEMAKALAH/PENYAJI*)
NamaPenyaji/ Rombel :Haiva Kentiningrum / 3
Judul Makalah : Pengembangan
Media Kotak Dialog Dialek Banyumas Sebagai Bahan Ajar Kompetensi Berbicara
Hari, Tanggal :
Kamis, 5 Juni 2014
NO
|
ASPEK
YANG DIAMATI
|
SKOR
|
KET.
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Ketepatan
Waktu
Media
pembantu presentasi
Kelancaran
penyampaian
Penggunaan
Bahasa
Ketepatan
Jawaban
|
*): lembar bagi
dosen/pembimbing seminar
Catatan/Saran:
Semarang, 5 Juni 2014
Dosen/Pembimbing Seminar
Mujimin,
S.Pd
NIP.197209272005011002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar