Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Juli 2014

Sistem pemerintahan dan Kebudayaan dalam Kajian Strukturalisme

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Jawa Tengah merupakan salah satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki banyak potensi baik dari segi budaya maupun dari segi sumber daya alamnya. Sama halnya dengan provinsi-provinsi lain, Jawa Tengah juga memiliki leluhur yang menggunakan sebuah kerajaan sebagai simbol atau penanda era nya. Simbol untuk menandai pergantian pemerintahan dan pergantian generasi lama atau tua ke generasi baru atau muda
Kerajaan merupakan simbol pemerintahan pada jaman dahulu kala, Kerajaan biasanya dipimpin oleh raja yang kuat dan berpendidikan. Sistem Kerajaan ini sudah ada jaman dahulu kala baik di seluruh dunia pada umumnya  maupun di Jawa Tengah pada khusunya. Di Jawa Tengah banyak berdiri Kerajaan-kerajaan yang kemudian memelopori sistem pemerintahan feodalisme dan lain-lain.
Raja sebagai simbol kekuatan dan cerminan masyarakat atau rakyat yang ada di bawah sistem pemerintahannya. Sistem pemerintahan seorang raja biasanya sesuai dengan sistem yang dipikir pas untuk diaplikasikan kepada kalangan rakyatnya. Pada dasarnya secara global, sistem pemerintahan berfungsi untuk menjaga kestabilan negaranya.
Sistem Pemerintahan sekarang sudah berkembang pesat, ada 7 sistem pemerintahan di dunia yang di pakai oleh negara-negara besar. Misalnya saja Monarki konstituante seperti negara Korea. Demokrasi seperti negara kita Indonesia. Presidensial, Parlementer, Liberal, dan Komunis pun mengikuti di belakangnya.




1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya Jawa Tengah menggunakan kajian strukturalisme?
2. Apa perbedaan antara sistem peemrintahan di Jawa masa kerajaan dan masa sekarang ?

1.3   Tujuan
1.      Mengetahui sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya Jawa Tengah menggunakan kajian strukturalisme.
2.      Dapat membedakan antara sistem pemerintahan Jawa pada masa kerajaan dan masa Sekarang.



















PEMBAHASAN

Kerajaan di Indonesia ada banyak sekali dengan keberagaman kepercayaan dan adat dari sabang sampai merauke. Menurut kajian saya, melihat dari berbagai sumber kerajaan merupakan suatu simbol besar dari suatu kebudayaan dalam masyarakat yang merasa senasib dan sepenanggungan. Kerajaan merupakan suatu cerminan kehidupan rakyat yang mendiaminya. Semakin kokoh suatu Kerajaan berdiri, semakin kompak masyarakat yang mendiami kerajaan tersebut. Karena rakyat yang bahu-membahu untuk membangun kerajaan menjadi suatu kesatuan kokoh pastilah hidup dengan mengutamakan kebersamaan dan gotong-royong. Kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang akan dikajia ialah :
1.) Mataram Kuno
Kerajaan pertama yang akan saya kaji ialah Mataram Kuno yang memang berdiri sudah lama pada jaman Hindu-Budha. Mataram Kuno ialah kerajaan yang termasuk ke dalam kerajaan tertua di pulau Jawa. Mataram Kuno ialah kerajaan yang berdiri pada era abad ke-8 Masehi di Jawa Tengah. Namun pada abad ke-10 masehi kerajaan ini berpindah kekuasaan ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno atau bisa disebut pula kerajaan Medang. Karena sistem pemerintahan yang kemudian dipindahkan dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur dikarenakan adanya perang dan perebutan kekuasaan
Sejak awal birokrasi yang berjalan dalam kerajaan ini ialah hierarkhi, dimana pembagian kekuasaan dibagi secara vertikal. Dalam sistem pemerintahan ini terdapat beberapa tingkatan dimana seorang raja yang memimpin kerajaan memiliki posisi tertinggi. Dalam kerajaan ini, Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya merupakan gelar asli Indonesia.
Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja. Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam daftar raja-raja versi Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu.
Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa. Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri namun tidak berhak untuk naik takhta.
Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya sekadar gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi dengan jabatan Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang. Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada zaman Majapahit memang masih ada, namun kiranya setara dengan menteri dalam negeri pada zaman sekarang.
Dalam Sistem pemerintahannya, Kerajaan Mataram Kuno atau biasa disebut pula kerajaan Medang, juga memberlakukan sistem perkawinan politik untuk dijadikan unsur penting di dalamnya. Kerajaan Mataram Kuno juga menjalin kerja sama yang baik antar kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Mataram Kuno. Sistem ini sudah tidak asing sebenarnya di telinga kita, Struktural sistem pemerintahan yang sudah sangat rapi dan sudah sangat dipilah-pilah dalam berpolitik sangat mirip dengan sistem pemerintahan kita sekarang di era globalisasi ini. Kehati-hatian pemerintah tertinggi atau raja dalam menjalankan misi politik negaranya juga sangat terlihat dengan kebijakan pemindahan kekuasaan ke Jawa Timur pada abad ke-7 masehi. Dia tidak ingin mengorbankan darah lebih banyak lagi, dan Dia ingin meneruskan trah dinastinya agar kerajaannya tetap dapat melanjutkan tahta nya.
Kehidupan perekonomian kerajaan Mataram Kuno sudah terstruktur lumayan baik, dilihat dari rakyatnya yang sebagian besar sebagai petani, peternak, pedagang, dan pengrajin, maka rakyat kerajaan Medang. Barang-barang yang diperdagangkan oleh rakyat Medang kapur barus, rempah-rempah, gading, dan emas. Kehidupan social dan ekonomi rakyat tersebut sudah baik karena rakyat Medang atau Mataram Kuno ternyata sudah pandai dalam mengorganisasikan perdagangan hingga keluar negeri, menjadikan pajak orang asing yang bermukim di Mataram juga lebih mahal dibandingkan dengan masyarakat pribumi lainnya.
Dilihat dari sistem pemerintahan yang berlaku di dalam kerajaan Mataram Kuno atau yang biasa disebut dengan kerajaan Medang bahwa salah satu bentuk bukti strukturalisme budaya di era kerajaan Mataram Kuno sudah mencakup 4 ciri inti dalam pendekatan kebudayaan yaitu bagian dalam menjelaskan bagian luar (depth explain surface), bagian dalam merupakan bagian yang terstruktur (depth is structure), analitikus bersifat objektif (the analyst is objective), dan kebudayaan itu di luar manusia (beyond humanism). Inti dari semua ciri di atas menurut para pakar strukturalisme yaitu kehidupan social dan sistem ketatanegaraan hanya terlihat dari luar begitu semrawut (chaotic) dan ribet. Namun di bawah level kejadian-kejadian yang membingungkan dan unik tersebut terdapat suatu mekanisme yang generatif. Oleh karena itu, untuk memahami apa yang terjadi di permukaan, maka level yang lebih dalam harus dilihat juga.
Penjelasan kedua adalah bahwa selain bagian yang lebih dalam yang mampu menghasilkan mekanisme-mekanisme tersebut memang ada dan sangat bepengaruh, bagian dalam tersebut juga teratur dan berpola. Jika tidak ada satu bagian, tidak mungkin budaya dan sistem pemerintahan itu berdiri sendiri. Dalam kajian strukturalisme ini, sedikit banyak menekankan bahwa hasil kebudayaan, social-ekonomi masyarakat, dan sistem pemerintahan dalam sebuah kerajaan Mataram Kuno atau yang biasa disebut dengan kerajaan Medang ialah saling berkaitan satu sama lain dan saling berkesinambungan.
Sudah dipaparkan dari awal bahwa sebuah kerajaan besar akan terbentuk jika rakyat dan masyarakatnya turut serta andil dan tidak acuh terhadap struktur pemerintahannya. Begitu juga sebaliknya, pemerintah dengan semua sustemnya harus senantiasa berjalan sesuai dengan kebutuhan rakyat yang hidup di dalamnya. Apa saja yang di butuhkan oleh rakyatnya hendaknya dapat terpenuhi dengan adanya sistem pemerintahan yang baik. Itu akan mewujudkan strukturalisme budaya yang baik.









2.) Sekarang (Era Reformasi)

Selepas kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pemerintah menata ulang kembali tatanan pemerintahan di Indonesia. Pemerintah pusat kemudian membagi Indonesia kedalam 8 wilayah besar tanpa adanya kerajaan yang berdiri sendiri-sendiri. Sistem pemerintahan yang diambil oleh presiden Soekarno kala itu ialah sistem pemerintahan yang disebut orde lama dengan menempatkan perdana mentri di tiap-tiap wilayahnya. Setelah Indonesia berganti pemimpin dari Soekarno ke Soeharto, maka sistem pemerintahan baru dicetuskan oleh beliau.
Ideologi yang berdasar pada pancasila sebagai dasar negara kemudian dijadikan refleksi untuk menjadikan sistem pemerintahan orde lama sebagai sistem pemerintahan Indonesia. Sistem pemerintahan ini merupakan sistem pemerintahan yang  benar-benar total merubah sistem pemerintahan orde lama semasa Soekarno. Segala penyimpangan-penyimpangan yang ada pada masa orde lama, benar-benar dibenahi dan ditiadakan dalam masa pemerintahan orde baru. Namun sayangnya, masa orde baru juga diwarnai dengan praktik korupsi yang merajalela dimana-mana.
Orde baru yang berlangsung dari tahun 1956 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi. Selain itu, kesenjangan antara rakyat kaya dan miskin juga makin lebar saja.
Setelah masa orde baru selesai, maka dimulailah masa reformasi di bawah pimpinan B.J Habibie, Pemerintahan beliaulah yang merupakan pemerintahan transisi. Pelaksanaan demokrasi pada Orde baru terjadi selain karena moral penguasanya juga memang terdapat berbagai kelemahan dalam pasal UUD 1945. Oleh karena itu, selain melakukan reformasi dalam bidang politik juga diperlukan amandemen UUD 1945.
Era reformasi ditandai dengan ketidak stabilan yang luar biasa disegala bidang di Negara Indonesia. Ketidakstabilan ini berawal dari krisis moneter yang terjadi sejumlah negara kawasan Asia Tenggara yang merembet ke Indonesia. Pada keadaan itulah terjadi ketidak puasan yang luar biasa di kalangan masyarakat luas akan pemerintahan yang ada kala itu. Saat itu terjadi pemberontakan luar biasa, demonstrasi luar biasa yang diprakarsai oleh mahasiswa-mahasiswa se-Indonesia.
Dalam sistem pemerintahannya sekarang, Indonesia masih menggunakan sistem pemerintahan reformasi. Ideologi yang dipakai oleh Indonesia ialah demokrasi. Semua rakyat bebas berpendapat. Status presiden sebagai seorang pemimpin tertinggi merupaan fasilitator yang siap mendengarkan aspirasi rakyatnya.
Sama seperti sistem pemerintahan kerajaan Mataram Kuno, sistem pemerintahan reformasi di Indonesia juga memiliki jabatan di bawah presiden. Jabatan di bawah presiden yakni Wakil presiden, wakil presiden berfungsi untuk menggantikan posisi dan tugas presiden jika presiden sedang tidak ada di tempat atau sedang tidak bisa menjalankan tugasnya. Wakil presiden juga bertugas untuk menerima aspirasi rakyat sama seperti presiden. Wakil presiden merupakan orang terpenting ke- 2 di negara setelah presiden.
Jabatan setelah wakil presiden yaitu menteri. Menteri sesuai dengan departemen yang dia bawahi. Dalam sistem pemerintahan Indonesia terdapat banyak menteri yang membawahi departemen ahlinya.
                        Dalam strukturalisme, dimana sistem pemerintahan yang ruwet dan semrawut. Tapi sebenarnya terdapat urutan yang terstruktur dan rapih. Karena seluruh sistem pemerintahan yang ada di Indonesia sebenarnya sudah dipikir secara masak-masak. Dalam strukturalisme budaya ini, sama seperti di kerajaan Mataram Kuno diatas, bahwa selain bagian yang lebih dalam yang mampu menghasilkan mekanisme-mekanisme tersebut memang ada dan sangat bepengaruh, bagian dalam tersebut juga teratur dan berpola. Jika tidak ada satu bagian, tidak mungkin budaya dan sistem pemerintahan itu berdiri sendiri.
Indonesia sudah menunjukan kebesarannya sebagai suatu bangsa yang mengoptimalkan sistem pemerintahan untuk menyamankan rakyatnya dan mencoba tetap mendengarkan aspirasi rakyat dengan ideologi demokrasi yang berlaku di Indonesia.



















KESIMPULAN

Kritik
Sebagai suatu negara yang besar, pemerintah Indonesia seharusnya menggunakan sistem pemerintahan sesuai dengan tempat dan komposisinya. Jika pemerintah sudah menetapkan sistem dan UUD, maka seharusnya pemerintah juga seharusnya menjalankan sistem sama dengan rakyat yang mencoba mematuhi sistem. Tidak malahan mengingkari sistem dan melanggar sistem yang telah mereka buat sendiri.

Saran
Strukturalisme pemerintahan yang ada sekarang yaitu reformasi, dalam pemerintahan reformasi sistem pemerintahan sudah membenarkan sistem yang dianggap kurang sempurna dengan terus melakukan perubahan dari masa orde lama, orde baru, hingga reformasi. Untuk sistem pemerintahan reformasi, walaupun sudah merupakan masa transisi, tapi semoga saja ke depannya pemerintah lebih dapat mengatasi segala krisis yang ada di depan mata, baik moneter, BBM, dan krisis kepercayaan yang marak masa kini.

Strukturalisme pemerintahan yang berbeda ada di pemerintahan mataram kuno, sistem pemerintahan seadanya yang sudah di plot melalui trah raja sangat membantu saat sistem pembagian kekuasaan. Namun sayangnya, sistem kerajaan monarki seperti yang berlaku pada kerajaan mataram kuno, belum bisa menerima aspirasi rakyat dan belum bisa terbuka sepenuhnya, karena demokrasi atau kemerdekaan mengutarakan pendapat dari rakyat tidak bisa langsung di dengar oleh sag raja.Sehingga alangkah baiknya jika seorang raja tetap berbagi dengar dengan par arakyatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar