PRAKATA
Alhamdulilah, puji syukur
saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan beribu-ribu
nikmat rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Esensi dari Serat Wulang Wanita Berdasarkan
Teori Semiotik A.Mattew”.
Penulisan makalah ini tidak
lepas dari dukungan berbagai pihak lain yang amat berguna bagi saya.Untuk itu,
dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada
:
1.Bopo Sukadaryanto yang
sudah sudi membimbing saya selama satu semester ini memperdalam mata kuliah
sejarah sastra jawa.
2.Ayah dan ibu tercinta yang
tidak henti-hentinya terus mendukung keberlangsungan kuliah saya.
3.Teman-teman saya yang
selalu membantu dalam hal apapun dan selalu memberikan saya semangat.
4.Seluruh kakak senior yang
telah membantu saya dan telah dengan sudinya berbagi pengalaman dengan saya.
Akhir kata, tidak ada yang
dapat saya persembahkan selain do’a yang setulus-tulusnya dari diri saya
pribadi.Semoga semua amal baiknya akan mendapatkan balasan yang setimpal suatu
hari nanti.
Penulis
Daftar
isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perjalanan
sejarah sastra jawa sebenarnya dapat ditelusuri melalui koleksi naskah jawa
yang terdapat dalam berbagai museum.Dari berbagai naskah tersebut kita akan
menjumpai naskah yang berupa babad, serat-serat, sastra pewayangan dan
suluk.Dalam hal ini kita akan membahas serat, serat dapat berisi ajaran atau
piwulang tentang norma kelakuan individu dalam masyarakat.Misalnya serat wulang
wanita yang saya pilih ini.Dalam serat ini terdapat piwulang atau ajaran yang
ditujukkan teruntuk wanita-wanita atau putri-putri.Berisi tentang hendaknya
seorang istri harus mencintai suaminya saja.Meskipun demikian, janganlah
mengurusi urusan asmara saja, melainkan juga harus berperihatin, berdoa serta
memohon kepada Tuhan (Hyang Manon) agar dapat menurunkan anak-anak yang berwatak
luhur berguna bagi bangsa dan negara.Dari pihak pria turun benih dan dari pihak
wanitalah sebagai tempatnya.
Semiotik
atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.Istilah
semiologi lebih banyak digunakan di Eropa, sedangkan semiotic lazimnya
digunakan oleh ilmuawan Amerika.Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu
semeion yang berarti tanda atau ‘sign’.Dalam
bahasa Inggris itu disebut ilmu mengenai tanda seperti : bahasa, kode, sinyal,
dan sebagainya. Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum
yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dari system kode yang digunakan.Dengan
definisi diatas maka dari itu, saya akan mencoba menganalisis serat Wulang
Wanita tersebut menggunakan teori semiotik A.Teeuw.Dalam teori ini mengemukakan
bahwa jika kita ingin memaknai sebuah teks haruslah menggunakan 3 sistem
kode.Yang pertama ialah kode bahasa yang dipakai dalam teks itu.Yang kedua
adalah kode budaya.Dan terakhir adalah kode sastra.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menganalisis kode bahasa dalam serat
wulang wanita tersebut?
2.
BAgaimana
cara menganalisis kode budaya dalam serat wulang wanita tersebut?
3.
Bagaimana
cara menganalisis kode sastra dalam serat wulang wanita tersebut?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai
adalah :
Mengetahui
cara menganilisis serat menggunakan 3 kode
yang mengacu pada teori semiotic A.Mattew
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
a. Hasil analisis ini diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya khasanah analisis
serat khususnya serat piwulang.
b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang
akan menambah perbendaharaan di bidang menganalisis serat dengan mengacu pada
teori semiotik A.Teeuw.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Teori
ini bermula pada tahun 1960-an di eropa, khususnya Perancis.Teori ini menganut
system bahwa ilmu tanda merupakan satu sains sosial yang pentingkarena ia dapat
mendatangkan makna-makna tertentu.Teori ini kemungkinan besar berawal dari
zaman Plato.Namun selepas kurun ke-17, semiotik muncul kembali.
Semiotik
adalah terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.Semiotik berasal dari
istilah Yunani yakni semeion yang berarti tanda atau ‘sign’dalambahasa inggris
ini berarti bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda atau kode.Dengan
kata lain bahwa semiotik adalah teori tentang pemberian tanda.Secara garis
besar semiotik digolongkan menjadi 3 konsep dasar yakni, semiotic pragmatik,
semiotik sintatik, dan semiotik semantik.
2.1
Teori Terdahulu
2.1.1 Ferdinand de Saussure
Teori
semiotik yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure pada tahun
(1857-1913).Dalam teori ini dibagi menjadi 2 bagian yakni, (dikotomi) yaitu
penanda dan pertanda.Penanda dilihat sebagai wujud karya arsitektur, sedangkan
pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep.Menurut Saussure,
tanda terdiri dari : bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda,
dan konsep-konsepdari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.Kesimpulannya
menurut Saussure, signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat
dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.
2.1.2 Charles S Pierce
Beliau
mengemukakan teori tentang segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda,
objek, dan intrepretant.Tanda
merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera
manusia.Tanda menurut Pierce terdiri dari symbol, ikon, dan indeks.Sedangkan
yang menjadi acuan adalah Objek.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Wulang Wanita
Serat
Wulang Wanita merupakan bagian dari serat Wira Iswara karya sunan Pakubuwana IX
ini pada pokonya berisikan nasehat atau wejangan-wejngan luhur yang ditunjukkan
kepada para muda , yakni putra dan putri.Dalam serat Wulang Wanita ini
berisikan wejangan-wejangan untuk para putrid dan istri.Bahwa hendaknya istri
hanyalah mencintai suaminya seorang saja.Bahwa seorang istri juga tidak hanya
memikirkan mengenai asmara saja.Melainkan juga memikirkan bagaimana caranya
untuk dapat memberi pengajaran kepada anak sehingga dapat melahirkan anak yang
berwatak luhur dan berguna bagi bangsa dan Negara.Sehingga jika dari pria
tertanam benih, maka dari pihak wanita dapat menjadi tempatnya.
3.2
Teori Semiotik
3.2.2 Kode Bahasa
Kode
bahasa perlu dikuasai pembaca untuk menganalisis bacaan tersebut.Agar dirinya
sendiri dapat mengapresiasi bahasa yang ada dalam karya satra tersebut.Bahasa
dalam karya sastra serat Wulang Wanita
ini akan saya analisa dengan
teori A.Teeuw .
(3) Sumaraha mring Hyang Widi
Kang asung urip mring sira
Den rapet ngadu pasemon
Semuning gusti kawula
Den jumbuh ywa bencorah
Ngarah lestarining kusuk
Pasemone pinrih jomblah
Terjemahan : “Bahwa kita sebagai manusia
harus senantiasa bersyukur kepada Hyang Widi, yang telah memberi kehidupan
kepada kita, tertutup mengenai perlambangan, Gusti dari kita semua, yang pas
bukannya yang tidak pas dengan keseharian kita, mencari kebersihan di dunia
ini, supaya dapat menjumlah perlambangannya.”
Dalam serat Wulang Wanita terdapat kata
sang Hyang
Widi tadi dan Gusti yang merujuk pada hal yang
sama yakni merujuk pada Tuhan Yang Maha Esa.Disinilah kode bahasa muncul
sebagai peranan untuk menggantikan kata Tuhan Yang Maha Esa.tidak hanya ada
dalam pupuh itu saja, dalam pupuh yang lain pun terdapat kata yang merujuk
kepada Tuhan Yang Maha Esa yakni Hyang Maha Suci, dan Hyang
Agung.Inilah kutipan pupuh tersebut :
(1) Darunanireng Hyang Maha Suci
Nganakaken punang wong
Jalu estri pan padha perlune
Wujud priya lantaraning wiji
Estri kang madhahi
Kumpul dadi wujud
Terjemahan : Sebab Tuhan, menciptakan
manusia, baik laki-laki maupun perempuan, laki-laki sebagai seorang yang akan
memberikan benih, dan wanita yang akan menampungnya, setelah itu akan munjul
wujud baru yaitu putra-putri mereka.
(11) Jer
ta ana kang muni jro dalil
Rapale mangkono
Kalbu mukmin
Ya betollahine
Ing tegese yaiku kang mukmin
Ingaken sayekti
Unnyaning Hyang Agung
Terjemahan : Maka dari itu terdapat arti
di dalam dalil tersebut, bunyin ya begitu, dalam hati seorang mukmin, pastilah,
yang artinya bahwa seorang mukmin, haruslah berbakti, kepada tuhan Yang Maha
Esa.
Dalam serat Wulang Wanita juga
terdapat kemiripan bahasa dimana Sarira yang berarti awak atau diri
mirip dengan kata dalam bahasa jawa modern yaitu Slira.Ini juga membuktikan
adanya kode bahasa dalam serat Wulang Wanita.Berikut kutipan pupuhnya “
(2) Aywa linglung leleng
nora eling
Lalu lina : lalabaning
lara
Badan tumekeng atine
Titi tan mikir wuruk
Angrurusak budi tan
wening
Nangsaya mring sarira
Ras-arasen nurut
Wulanging bapa lan
biyung
Yekti pantes tinutur
jer iku dadi
Jalaraning tumitah
Terjemahan
: selalu pura-pura lupa dan tidak ingat, lalu hilang : seperti berlaukkan
kesedihan, raga mendatangi hati, berhati-hati dan berfikir buruk, dapat merusak
budi yang baik, berprasangka buruk terhadap dirinya sendiri, menurut namun
malas-malasan, ajaran dari ayah dan ibu, itu pantas saja menjadi ajaran, karena
anjuran.
3.2.3 Kode Sastra
Merupakan
salah satu kode dari 3 kode yang sudah disebutkan di atas.untuk menganalisis
serat Wulang Wanita tersebut diperlukan pula kode sastra untuk mengerti makna
yang ada di dalamnya.Dengan cara mencari sasmitaning tembang seperti di bawah
ini :
(13) angalompra
tangèh wruhing bêcik
Goroh umuk
tur sugih carita
yaiku dadi gêlare
mrih kandêl
mring lyanipun
pakantuka gone ngapusi
sire lir pokrul jendral
bisane calathu
iku wong durjana sabda
dipun eling sakèhing manungsa sami
ywa kongsi nandhang brônta
Terjemahan : berjalan yang berjauhan dengan
kebaikan, bohong sombong dan banyak omong, itulah gelarnya, supaya terlihat
tebal muka terhadap orang lain,
benar-benar tanpa cela dalam berbohong, gayanya seperti jenderal,
bisanya hanya berbicara, kata-katanya seperti orang yang jahat, ingat-ingatlah
wahai semua manusia, jangan sampai jatuh cinta.
Kata
nandhang brônta tersebut merupakan sasmitaning tembang,
karena tembang setelah tembang Dhandanggula diatas adalah tembang Asmarandana .
(11)
Mumpangati lahir batin
Wong sinihan sameng titah
Tumuruntun prapta drajate
Saedyane pan tinekan
Mangkana adatira
Manungsa kang arsa luhur
Sumingkir marang kanisthan
Terjemahan
: memiliki manfaat baik lahir maupun batin, orang yang dipilih untuk
menyampaikan perintah, hingga turun derajatnya, niatnya akan tercapai, seperti
itulah hukum alam, manusia yang tidak berbudi pekerti luhur, akan disingkirkan
ke kenistaan.
Kata
kanisthan
tersebut merupakan sasmitaning tembang, karena tembang setelah tembang
Asmarandana diatas adalah tembang kinanthi.
(24) kancana
kang mung bau (gêlang)
ayam kang
kêkuncung Gusti (mêrak)
gêgulangên
sabên dina
mrak ati
muna lan muni
tur dadi
sukaning driya
lumunturing sih kawijil
Terjemahan
: gelang, merak, bingung melanda setiap hari, hatinya serasa bernyanyi terus,
juga menjadi kebahagiaan tersendiri, seperti apa yang telah keluar.
Kata
kawijil
tersebut merupakan sasmitaning tembang, karena tembang setelah tembang kinanthi
diatas adalah tembang mijil
Kode
sastra yang lain adalah dengan cara menemukan sangkalan.Sangkalan merupakan
penyebutan angka-angka pada karya sastra jawa klasik.Contohnya sebagai berikut
:
(14.) kang môngsastha Kunthara warsa Lip
sangkala
rinaos
kawilêting kawi wangsalane
yitmèng praja cipta kang kawijil
kangjêng sri bupati
karsa amanawung
dalam
kutipan pupuh tersebut, terdapat sangkalan yakni :
yitmeng
: 1
praja :
1
cipta :
8
kawijil
: 1
kata
itu menyimpulkan bahwa serat ini diterbitkan pada tahun 1811.
3.2.4 Kode Budaya
Tidak
hanya membutuhkan kedua kode diatas untuk menganalisis serat wulang wanita
tersebut.Namun terdapat 1 kode yang juga penting dan dapat dilakukan untuk
menganalisis serat tersebut.Yakni kode budaya, budaya apakah yang sedang
berlangsung dalam kurun waktu serat tersebut tengah di buat atau di terbitkan.
Dalam
serat wulang wanita ini, menyiratkan bahwa kekuatan spiritual kepada Tuhan masi
sangat kuat.Terlihat dari kutipan pupuh berikut ini :
(3) Sumaraha mring Hyang Widi
Kang asung urip mring sira
Den rapet ngadu pasemon
Semuning gusti kawula
Den jumbuh ywa bencorah
Ngarah lestarining kusuk
Pasemone pinrih jomblah
Terjemahan : Maka dari itu terdapat arti
di dalam dalil tersebut, bunyin ya begitu, dalam hati seorang mukmin, pastilah,
yang artinya bahwa seorang mukmin, haruslah berbakti, kepada tuhan Yang Maha
Esa.
Membuktikan bahwa pada masa itu, sedang
sangat kental bahwa mendidik seseorang menjadi seorang mukmin yang taat kepada
Tuhan yang Maha Esa.Kekentalan keagamaan masi sangat
BAB
IV
SIMPULAN
DAN SARAN
4.1
KESIMPULAN
Tujuan dari
menganalisis tentang serat Wulang Wanita adalah untuk mengetahui dimana letak
kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya yang terkandung dalam serat
tersebut.Di dalam serat Wulang Wanita ini terdapat makna tersirat di setiap
pupuhya.Dari hasil analisis kode-kode menurut teori semiotik A.Teeuw menunjuk
kesimpulan bahwa serat tersebut mencakup 3 kode tersebut baik bahasa, sastra
maupun budaya.
4.2
SARAN
Berdasarkan analisis
yang saya lakukan perihal serat Wulang Wanita adalah bahwa karya sastra jawa
klasik sangatlah bagus untuk
DAFTAR
PUSTAKA
Khusyaeri, Yoni Ahmad.2010.Simbol dan Makna Serat Rangsan Tuban Karya
Ki Padmasusastra.Skripsi.Universitas Negeri Semarang.
Teeuw
A.1991.Membaca dan Menilai Sastra.Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama.
Widada,
Suwadji, dkk.2001.Kamus Bahasa Jawa (Bausastra
Jawa).Yogyakarta : Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar