Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Juli 2014

ANALISIS SERAT WULANG WANITA BERDASARKAN TEORI SEMIOTIK A. TEEUW

PRAKATA

Alhamdulilah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan beribu-ribu nikmat rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Esensi dari Serat Wulang Wanita Berdasarkan Teori Semiotik A.Mattew”.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak lain yang amat berguna bagi saya.Untuk itu, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada :
1.Bopo Sukadaryanto yang sudah sudi membimbing saya selama satu semester ini memperdalam mata kuliah sejarah sastra jawa.
2.Ayah dan ibu tercinta yang tidak henti-hentinya terus mendukung keberlangsungan kuliah saya.
3.Teman-teman saya yang selalu membantu dalam hal apapun dan selalu memberikan saya semangat.
4.Seluruh kakak senior yang telah membantu saya dan telah dengan sudinya berbagi pengalaman dengan saya.
Akhir kata, tidak ada yang dapat saya persembahkan selain do’a yang setulus-tulusnya dari diri saya pribadi.Semoga semua amal baiknya akan mendapatkan balasan yang setimpal suatu hari nanti.



                                                                                                                        Penulis

Daftar isi
























BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah
Perjalanan sejarah sastra jawa sebenarnya dapat ditelusuri melalui koleksi naskah jawa yang terdapat dalam berbagai museum.Dari berbagai naskah tersebut kita akan menjumpai naskah yang berupa babad, serat-serat, sastra pewayangan dan suluk.Dalam hal ini kita akan membahas serat, serat dapat berisi ajaran atau piwulang tentang norma kelakuan individu dalam masyarakat.Misalnya serat wulang wanita yang saya pilih ini.Dalam serat ini terdapat piwulang atau ajaran yang ditujukkan teruntuk wanita-wanita atau putri-putri.Berisi tentang hendaknya seorang istri harus mencintai suaminya saja.Meskipun demikian, janganlah mengurusi urusan asmara saja, melainkan juga harus berperihatin, berdoa serta memohon kepada Tuhan (Hyang Manon) agar dapat menurunkan anak-anak yang berwatak luhur berguna bagi bangsa dan negara.Dari pihak pria turun benih dan dari pihak wanitalah sebagai tempatnya.
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa, sedangkan semiotic lazimnya digunakan oleh ilmuawan Amerika.Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda atau ‘sign’.Dalam bahasa Inggris itu disebut ilmu mengenai tanda seperti : bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dari system kode yang digunakan.Dengan definisi diatas maka dari itu, saya akan mencoba menganalisis serat Wulang Wanita tersebut menggunakan teori semiotik A.Teeuw.Dalam teori ini mengemukakan bahwa jika kita ingin memaknai sebuah teks haruslah menggunakan 3 sistem kode.Yang pertama ialah kode bahasa yang dipakai dalam teks itu.Yang kedua adalah kode budaya.Dan terakhir adalah kode sastra.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana cara menganalisis kode bahasa dalam serat wulang wanita tersebut?
2.    BAgaimana cara menganalisis kode budaya dalam serat wulang wanita tersebut?
3.    Bagaimana cara menganalisis kode sastra dalam serat wulang wanita tersebut?
1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai adalah :
Mengetahui cara menganilisis serat menggunakan 3 kode yang mengacu pada teori semiotic A.Mattew

1.4   Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
a. Hasil analisis ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperkaya khasanah analisis serat khususnya serat piwulang.
b. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang akan menambah perbendaharaan di bidang menganalisis serat dengan mengacu pada teori semiotik A.Teeuw.




BAB II
LANDASAN TEORI

Teori ini bermula pada tahun 1960-an di eropa, khususnya Perancis.Teori ini menganut system bahwa ilmu tanda merupakan satu sains sosial yang pentingkarena ia dapat mendatangkan makna-makna tertentu.Teori ini kemungkinan besar berawal dari zaman Plato.Namun selepas kurun ke-17, semiotik muncul kembali.  
Semiotik adalah terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama.Semiotik berasal dari istilah Yunani yakni semeion yang berarti tanda atau ‘sign’dalambahasa inggris ini berarti bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda atau kode.Dengan kata lain bahwa semiotik adalah teori tentang pemberian tanda.Secara garis besar semiotik digolongkan menjadi 3 konsep dasar yakni, semiotic pragmatik, semiotik sintatik, dan semiotik semantik.

2.1 Teori Terdahulu
2.1.1 Ferdinand de Saussure
Teori semiotik yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure pada tahun (1857-1913).Dalam teori ini dibagi menjadi 2 bagian yakni, (dikotomi) yaitu penanda dan pertanda.Penanda dilihat sebagai wujud karya arsitektur, sedangkan pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep.Menurut Saussure, tanda terdiri dari : bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsepdari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.Kesimpulannya menurut Saussure, signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.
2.1.2 Charles S Pierce
Beliau mengemukakan teori tentang segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda, objek, dan intrepretant.Tanda merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera manusia.Tanda menurut Pierce terdiri dari symbol, ikon, dan indeks.Sedangkan yang menjadi acuan adalah Objek.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Wulang Wanita
Serat Wulang Wanita merupakan bagian dari serat Wira Iswara karya sunan Pakubuwana IX ini pada pokonya berisikan nasehat atau wejangan-wejngan luhur yang ditunjukkan kepada para muda , yakni putra dan putri.Dalam serat Wulang Wanita ini berisikan wejangan-wejangan untuk para putrid dan istri.Bahwa hendaknya istri hanyalah mencintai suaminya seorang saja.Bahwa seorang istri juga tidak hanya memikirkan mengenai asmara saja.Melainkan juga memikirkan bagaimana caranya untuk dapat memberi pengajaran kepada anak sehingga dapat melahirkan anak yang berwatak luhur dan berguna bagi bangsa dan Negara.Sehingga jika dari pria tertanam benih, maka dari pihak wanita dapat menjadi tempatnya.
3.2  Teori Semiotik
3.2.2 Kode Bahasa
Kode bahasa perlu dikuasai pembaca untuk menganalisis bacaan tersebut.Agar dirinya sendiri dapat mengapresiasi bahasa yang ada dalam karya satra tersebut.Bahasa dalam karya sastra serat Wulang Wanita  ini akan saya  analisa dengan teori A.Teeuw .
(3) Sumaraha mring Hyang Widi
      Kang asung urip mring sira
      Den rapet ngadu pasemon



      Semuning gusti kawula
      Den jumbuh ywa bencorah
      Ngarah lestarining kusuk
      Pasemone pinrih jomblah
Terjemahan : “Bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa bersyukur kepada Hyang Widi, yang telah memberi kehidupan kepada kita, tertutup mengenai perlambangan, Gusti dari kita semua, yang pas bukannya yang tidak pas dengan keseharian kita, mencari kebersihan di dunia ini, supaya dapat menjumlah perlambangannya.”
Dalam serat Wulang Wanita terdapat kata sang Hyang Widi tadi dan Gusti yang merujuk pada hal yang sama yakni merujuk pada Tuhan Yang Maha Esa.Disinilah kode bahasa muncul sebagai peranan untuk menggantikan kata Tuhan Yang Maha Esa.tidak hanya ada dalam pupuh itu saja, dalam pupuh yang lain pun terdapat kata yang merujuk kepada Tuhan Yang Maha Esa yakni Hyang Maha Suci, dan Hyang Agung.Inilah kutipan pupuh tersebut :
(1)   Darunanireng Hyang Maha Suci
Nganakaken punang wong
Jalu estri pan padha perlune
Wujud priya lantaraning wiji
Estri kang madhahi
Kumpul dadi wujud
Terjemahan : Sebab Tuhan, menciptakan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, laki-laki sebagai seorang yang akan memberikan benih, dan wanita yang akan menampungnya, setelah itu akan munjul wujud baru yaitu putra-putri mereka.




(11) Jer ta ana kang muni jro dalil
        Rapale mangkono
        Kalbu mukmin
        Ya betollahine
        Ing tegese yaiku kang mukmin
      Ingaken sayekti
      Unnyaning Hyang Agung
Terjemahan : Maka dari itu terdapat arti di dalam dalil tersebut, bunyin ya begitu, dalam hati seorang mukmin, pastilah, yang artinya bahwa seorang mukmin, haruslah berbakti, kepada tuhan Yang Maha Esa.
            Dalam serat Wulang Wanita juga terdapat kemiripan bahasa dimana Sarira yang berarti awak atau diri mirip dengan kata dalam bahasa jawa modern yaitu Slira.Ini juga membuktikan adanya kode bahasa dalam serat Wulang Wanita.Berikut kutipan pupuhnya “
(2)   Aywa linglung leleng nora eling
Lalu lina : lalabaning lara
Badan tumekeng atine
Titi tan mikir wuruk
Angrurusak budi tan wening
Nangsaya mring sarira
Ras-arasen nurut


Wulanging bapa lan biyung
Yekti pantes tinutur jer iku dadi
Jalaraning tumitah
Terjemahan : selalu pura-pura lupa dan tidak ingat, lalu hilang : seperti berlaukkan kesedihan, raga mendatangi hati, berhati-hati dan berfikir buruk, dapat merusak budi yang baik, berprasangka buruk terhadap dirinya sendiri, menurut namun malas-malasan, ajaran dari ayah dan ibu, itu pantas saja menjadi ajaran, karena anjuran.
3.2.3 Kode Sastra
Merupakan salah satu kode dari 3 kode yang sudah disebutkan di atas.untuk menganalisis serat Wulang Wanita tersebut diperlukan pula kode sastra untuk mengerti makna yang ada di dalamnya.Dengan cara mencari sasmitaning tembang seperti di bawah ini :
(13) angalompra tangèh wruhing bêcik
Goroh umuk tur sugih carita
 yaiku dadi gêlare
mrih kandêl mring lyanipun
 pakantuka gone ngapusi
 sire lir pokrul jendral
 bisane calathu
 iku wong durjana sabda
 dipun eling sakèhing manungsa sami
 ywa kongsi nandhang brônta
Terjemahan : berjalan yang berjauhan dengan kebaikan, bohong sombong dan banyak omong, itulah gelarnya, supaya terlihat tebal muka terhadap orang lain,  benar-benar tanpa cela dalam berbohong, gayanya seperti jenderal, bisanya hanya berbicara, kata-katanya seperti orang yang jahat, ingat-ingatlah wahai semua manusia, jangan sampai jatuh cinta.
Kata nandhang brônta tersebut merupakan sasmitaning tembang, karena tembang setelah tembang Dhandanggula diatas adalah tembang Asmarandana .

(11) Mumpangati lahir batin
        Wong sinihan sameng titah
        Tumuruntun prapta drajate
        Saedyane pan tinekan
        Mangkana adatira
        Manungsa kang arsa luhur
        Sumingkir marang kanisthan
Terjemahan : memiliki manfaat baik lahir maupun batin, orang yang dipilih untuk menyampaikan perintah, hingga turun derajatnya, niatnya akan tercapai, seperti itulah hukum alam, manusia yang tidak berbudi pekerti luhur, akan disingkirkan ke kenistaan.
Kata kanisthan tersebut merupakan sasmitaning tembang, karena tembang setelah tembang Asmarandana diatas adalah tembang kinanthi.

(24) kancana kang mung bau (gêlang) 
ayam kang kêkuncung Gusti (mêrak)
gêgulangên sabên dina


mrak ati muna lan muni
tur dadi sukaning driya
 lumunturing sih kawijil
Terjemahan : gelang, merak, bingung melanda setiap hari, hatinya serasa bernyanyi terus, juga menjadi kebahagiaan tersendiri, seperti apa yang telah keluar.
Kata kawijil tersebut merupakan sasmitaning tembang, karena tembang setelah tembang kinanthi diatas adalah tembang mijil
Kode sastra yang lain adalah dengan cara menemukan sangkalan.Sangkalan merupakan penyebutan angka-angka pada karya sastra jawa klasik.Contohnya sebagai berikut :

(14.) kang môngsastha Kunthara warsa Lip
sangkala rinaos
 kawilêting kawi wangsalane
 yitmèng praja cipta kang kawijil
 kangjêng sri bupati
 karsa amanawung
dalam kutipan pupuh tersebut, terdapat sangkalan yakni :
yitmeng : 1
praja : 1
cipta : 8
kawijil : 1
kata itu menyimpulkan bahwa serat ini diterbitkan pada tahun 1811.


3.2.4 Kode Budaya
Tidak hanya membutuhkan kedua kode diatas untuk menganalisis serat wulang wanita tersebut.Namun terdapat 1 kode yang juga penting dan dapat dilakukan untuk menganalisis serat tersebut.Yakni kode budaya, budaya apakah yang sedang berlangsung dalam kurun waktu serat tersebut tengah di buat atau di terbitkan.
Dalam serat wulang wanita ini, menyiratkan bahwa kekuatan spiritual kepada Tuhan masi sangat kuat.Terlihat dari kutipan pupuh berikut ini :
(3) Sumaraha mring Hyang Widi
      Kang asung urip mring sira
      Den rapet ngadu pasemon
      Semuning gusti kawula
      Den jumbuh ywa bencorah
      Ngarah lestarining kusuk
      Pasemone pinrih jomblah
Terjemahan : Maka dari itu terdapat arti di dalam dalil tersebut, bunyin ya begitu, dalam hati seorang mukmin, pastilah, yang artinya bahwa seorang mukmin, haruslah berbakti, kepada tuhan Yang Maha Esa.
Membuktikan bahwa pada masa itu, sedang sangat kental bahwa mendidik seseorang menjadi seorang mukmin yang taat kepada Tuhan yang Maha Esa.Kekentalan keagamaan masi sangat


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Tujuan dari menganalisis tentang serat Wulang Wanita adalah untuk mengetahui dimana letak kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya yang terkandung dalam serat tersebut.Di dalam serat Wulang Wanita ini terdapat makna tersirat di setiap pupuhya.Dari hasil analisis kode-kode menurut teori semiotik A.Teeuw menunjuk kesimpulan bahwa serat tersebut mencakup 3 kode tersebut baik bahasa, sastra maupun budaya.
4.2 SARAN
Berdasarkan analisis yang saya lakukan perihal serat Wulang Wanita adalah bahwa karya sastra jawa klasik sangatlah bagus untuk


DAFTAR PUSTAKA

Khusyaeri, Yoni Ahmad.2010.Simbol dan Makna Serat Rangsan Tuban Karya Ki Padmasusastra.Skripsi.Universitas Negeri Semarang.
Teeuw A.1991.Membaca dan Menilai Sastra.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Widada, Suwadji, dkk.2001.Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa).Yogyakarta : Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar